Anakku Tidak Bisa Dilarang


(Kenapa si kecil terbiasa melawan orang tua ya...)

Aduuh, kenapa ya setiap kata-kata saya, setiap perintah saya, setiap ajakan saya, pasti dilawan atau dibantah...”, termasuk anggota perkumpulan orang tua yang pernah mengucapkan kata-kata yang semodel atau bahkan sama persis seperti itu? Mungkin anda tidak perlu terlalu khawatir, itu cuma sebuah pertanda, pertanda bahwa anda siap bergabung di dunia orang tua (Parent’s World). Saran saya, hadapi dengan tersenyum dahulu.

Sebetulnya, ada pola kenapa seorang anak (terlihat) tidak bisa dilarang ketika ia menginginkan sesuatu. Pola yang sebenarnya juga bagian dari program atau ciptaan kita, yang menjadi lingkungan pembentuk anak kita tersebut. Kok bisa seperti itu ya? Sekali lagi, bisa, karena banyak faktor (faktor sifat, yang mempengaruhi lingkungan, faktor kebiasaan dari kecil, faktor toleransi di keluarga, faktor informasi yang masuk ke pikirannya, dll). Semua faktor-faktor ini dibentuk dan terbentuk di dalam pikiran bawah sadar anak tersebut. Pikiran bawah sadar? Iya, sebuah mekanisme yang seperti kertas putih ketika seorang anak baru saja dilahirkan, dan sedikit-demi sedikit tergambar menjadi peta, sejalan dengan semakin dewasanya anak tersebut. Setiap hal yang sudah diketahui anak itu akan berjalan sesuai dengan arah garis jalanan yang tergambar di peta itu. Contohnya? Bukankah kalau kita pergi dari rumah ke kekantor kita (cenderung) menggunakan jalan yang itu-itu saja bukan? Itu tandanya, rute kita sudah masuk ke pikiran bawah sadar kita (sudah menjadi refleks).

Jadi, kalau sudah pikiran bawah sadar anak saya tertulis ”tidak bisa dilarang” gimana dong? Pertama, yakinlah bahwa tidak ada masalah yang tidak ada solusinya, jadi, bukan TIDAK bisa dilarang, namun kita BELUM menemukan CARANYA. Ada beberapa faktor yang mungkin harus diubah, yaitu:

  1. Kata-kata yang kita gunakan untuk melarang

Gunakan kata-kata yang bersifat ajakan positif ketika kita ”melarang” anak kita, serta masih diberikan pilihan (yang kita tentukan, tetapi intinya dia masih punya pilihan).

Contoh:

Daripada”Jangan bermain terus, kapan kamu belajarnya”

Gunakan ”Ayo kita belajar, kita bisa bermain lagi kan setelah belajar”

Daripada ”Jangan nakal begitu, ibu marah kalau kamu begitu”

Gunakan ”Kamu kan anak baik, kamu bisa kan begini?”

  1. Cara yang kita gunakan untuk melarang anak kita

Siapapun tidak suka lho di tekan dan diHARUSkan (coba, anda suka kah di tekan dan diHARUSkan? Tidak diberi pilihan sama sekali? Gunakan intonasi suara yang tidak mengintimidasi (menurut anak kita, bukan menurut kita), gunaka bahasa tubuh yang tegas namun bersahabat. Caranya? Komunikasikan dulu, ajak dia diskusi dalam suasana yang (kita dan dia tahu) bersahabat. Ajarkan anak untuk belajar diskusi dan negosiasi semenjak dini, tetapi tetap melihat orang tua sebagai figur pemimpin. Tanyakan pendapat dia ”gimana sih caranya ayah/ibu untuk ajak kamu lakukan ini/itu?”

Mungkin tips sederhana ini bisa diterapkan, walaupun memang masalah diseputar anak kita cukup kompleks, karena juga terkait dengan tipe dan karakter anak, cara berpikir anak, dan masih banyak lainnya. Untuk saat ini, selamat bertualang di dunia orang tua...

No comments: