Anakku Takut Badut

Pertanyaan:

Anak saya takut pada badut dan dia susah sekali beradaptasi di keramaian, walaupun ada kami, seperti di arisan, pesta keluarga, dll.


Apa yang terjadi pada anak saya?


Waduh, takut pada badut? Badut yang seharusnya lucu, malah justru menakutkan buat anak ibu ya.. saya bisa merasakan kira-kira bagaimana rasanya.. coba bayangkan, masalah yang muncul kemudian bukan dari hanya ketakutan itu sendiri, tapi juga perasaan sendiri, perasaan berbeda. Perasaan-perasaan yang muncul karena sementara anak ibu harus merasakan rasa takut tersebut, teman-temannya justru sibuk bergembira ria di sekitar badut itu. Ya, sebuah perasaan yang sangat tidak menyenangkan ya, apalagi bagi seorang anak..


Banyak dari kita kemungkinan besar akan heran, mengapa badut yang seharusnya lucu buat anak-anak, justru menjadi momok yang menakutkan untuk beberapa anak/orang tertentu.

Apakah ini sebuah masalah? Semua hal yang membuat tidak nyaman bagi perasaan kita, bisa dikategorikan sebagai sebuah masalah, sementara besar kecilnya, tergantung pada akibat yang ditimbulkan. Maksudnya gimana? Begini, misalnya anak ibu sedang menghadiri pesta ulang tahun temannya. Anak ibu hanya memilih menjauh dan menghindari untuk berada dekat-dekat dari sang badut.. tetapi selebihnya anak itu mengikuti seluruh jalannya acara dengan baik, tentu ini bisa diartikan bahwa ketakutan pada badut itu hanya menimbulkan akibat atau masalah yang kecil. Tetapi, coba bayangkan apabila ketakutan terhadap badut itu mengakibatkan anak itu menangis (dengan sangat keras) dan berlari (tanpa memperhatikan sekelilingnya) sehingga membahayakan dirinya dan anak-anak lainnya, bukankah bisa dikategorikan sebagai masalah yang cukup besar?

Anak ini mengalami apa yang kita sebut sebagai ”Phobia”, yaitu ketakutan pada hal tertentu secara berlebihan. Phobia bisa disebabkan karena sebuah pengalaman masa lalu, yang sifatnya ”traumatis” atau memperoleh masukan/informasi yang salah dan menyesatkan dari orang di sekelilingnya. Informasi yang salah itu bisa saja dari teman-temannya maupun dari orang-orang di sekitarnya (orang tua, pengasuh, dll) yang menggunakan kata-kata ”badut” untuk menakut-nakuti misalnya. Contohnya? Misalnya:

  • ”ayo bobok, nanti diculik sama om badut”
  • ”kalo nggak mau makan, nanti diambil sama badut lho”
  • ”beresin mainannya, kalo nggak nanti mainannya diambil sama badut”
  • dll

Hal-hal seperti itu yang diucapkan secara berulang-ulang, sehingga masuk dan mempengaruhi pikiran bawah sadar dari anak. Hasilnya? Seorang anak yang ”phobia” dengan badut di dekatnya.. atau juga karena terjadinya trauma, misalnya waktu kecil, anak itu pernah mengalami kejadian yang tidak mengenakkan (menurut pemikiran anak tersebut), dan (kebetulan) ada badut di sekitarnya, sehingga pikiran bawah sadar anak tersebut langsung mengasosiasikan kejadian yang tidak mengenakkan dengan badut. Terbentuklah sebuah phobia badut dari proses traumatis ini.

Dapatkah disembuhkan dan bagaimana caranya?

Konsep dari pikiran manusia adalah, semua hal yang terbentuk di pikiran, dapat dibentuk ulang.. bukan dengan menghilangkan penyebab ketakutan itu dari pikiran, tetapi dengan membentuk nilai baru, yang lebih baik, lebih menyenangkan, pada penyebab ketakutan itu sendiri..

Caranya?

Bisa dengan perlahan-lahan secara lebih sering membawa anak itu pada keadaan yang ada badut di dalamnya, dan dari kejauhan, biarkan anak itu melihat bahwa badut itu tidak mengganggu atau membahayakan anak-anak di sekelilingnya. Perlahan lahan, ajak anak itu untuk semakin mendekati badut yang ada, tentu dengan tetap memperhatikan kenyamanan dari anak itu, serta tidak memaksakan dirinya (karena paksaan dapat memperburuk hasilnya, bukan keberanian, malah semakin takut pada badut di hadapannya).

Cara yang lebih cepat dapat dilakukan dengan mengenal banyak aspek dari anak itu, baik karakter, profil komunikasi, maupun cara anak itu menangkap informasi dari luar, sehingga dengan waktu yang relative cukup cepat, penyebab ketakutan dalam pikiran bawah sadar anak tersebut dapat diubah nilainya (bukan lagi berupa bentuk “ketakutan” didalam pikiran sang anak).

Selamat mencoba…

Cerita Masa Lalu Orang Tua Pada Anak

Saya suka menceritakan masa kecil dan remaja saya dulu ke anak-anak saya. Baguskah untuk perkembangan mereka? Saya tidak mau berbohong atau menutup-nutupi ke anak-anak saya. Apakah masa lalu yang agak “kelam” juga bisa saya ceritakan?

Baguskah menceritakan masa lalu kita pada anak-anak kita?

Bukankah kita bisa belajar banyak dari masa lalu? Untuk hal-hal yang positif atau benar, bisa menjadi dasar pijakan untuk melakukan hal yang sama di masa mendatang, sedangkan untuk hal-hal yang negatif atau salah, bisa jadi acuan untuk tidak kita ulangi lagi di depan, bukankah begitu bukan? Jadi menceritakan masa lalu kita pada anak-anak kita? Selama kita menceritakannya secara baik dan menarik, sehingga banyak hal yang bisa dipelajari oleh anak anak kita, mengapa tidak?

Yang perlu kita tekankan pada diri kita sendiri adalah, bahwa apapun yang terjadi dan kita lakukan dulu, bukan berarti pasti dan harus juga dilakukan oleh anak-anak kita. Nilai-nilai kita (yang terpengaruh budaya, lingkungan, pendidikan, dll) mungkin masih banyak yang sama, tetapi coba bayangkan, dengan makin banyaknya sumber informasi (Radio, TV, Koran, Majalah, Internet), maka kemungkinan anak-anak kita untuk mengadaptasikan nilai-nilai dan pemahaman baru juga semakin besar. Masih ingat ketika kita kecil? Ada berapa stasiun TV yang kita tonton waktu itu, kalau dibandingkan sekarang? Masih ingat berapa banyak tempat-tempat hiburan di kota kita dulu? Ada berapa yang sudah berdiri dan berada di kota kita sekarang?

Semua itu menjadikan hidup menjadi semakin kompleks, bukan dari tatanan nilai-nilainya, tetapi dari jumlah informasi yang masuk ke pikiran anak-anak kita saat ini. Itulah yang membentuk reaksi yang berbeda. Jadi, bercerita? OK, mengharuskan nilai-nilai kita untuk diterapkan pada anak kita? Tunggu dulu...

Apakah masa lalu yang ”kelam” bisa saya ceritakan?

Wahhh... masa lalu yang ”kelam”? Kelam seperti apa? Berbeda lho untuk setiap orang. Mungkin maksudnya ada masa lalu kita sebagai orang tua yang kita anggap salah atau negatif? Kalau ini yang menjadi maksudnya, maka kita sebagai orang tua dapat secara bijak dapat memilih bagaimana cara kita menyampaikannya.

”bukan masalah ”apa” yang hendak kita sampaikan, tetapi ”bagaimana” cara kita menyampaikannya..”

banyak hal-hal yang sebetulnya benar dan positif, yang disampaikan oleh orang tua pada anaknya, tetapi kenapa masih banyak juga terjadi konflik antara orang tua dengan anak? Karena cara penyampaiannya... bukan isi pesannya, tetapi cara penyampaian pesannya yang seringkali menimbulkan konflik.

Maksudnya?

Begini, kalau kita ceritakan pada anak kita, secara lugas, tanpa pesan moral, bahwa kita pernah mengalami dan mencoba berbagai hal-hal negatif di masa lalu kita, bukan tidak mungkin terjadi kesalahan penangkapan maksud oleh anak kita. Hasilnya? Anak kita mencontoh apa yang sudah pernah kita perbuat, dan memberikan pembenaran bahwa ”lho, papa/mama saya juga melakukannya kok..”.

Lalu bagaimana caranya?

Sebelum kita menceritakan hal-hal tersebut, ada baiknya kita menceritakan hal-hal yang baik yang bisa terjadi atau dilakukan oleh anak kita, kemudian kita bercerita bahwa kita pernah melakukan kesalahan di masa lalu, yang seharusnya bisa tidak harus terjadi, tetapi karena kesalahan kita, maka kita menanggung akibat-akibatnya (juga diceritakan). Barulah kita menceritakan masa lalu kita yang ”kelam” tadi, sehingga anak kita juga sanggup mengambil hikmah dari cerita tadi, dan tidak masuk ke tempat yang sama.

Jadi, bukan masalah ”apa” yang akan kita ceritakan pada anak kita, tetapi ”bagaimana” kita menceritakannya yang akan sangat berpengaruh pada kehidupannya kelak.

Kenapa Komitmen Menjadi Kambing Hitam

Apa sih itu komitmen?

Apabila saya lapar dan memutuskan untuk membeli salah satu makanan siap saji (setelah menelpon ke nomor tertentu) melalui layan antar, memutuskan membeli paket yang mana, dan sepakat akan harganya, maka ketika makanannya dikirim yang saya lakukan tinggal membayar harga yang telah disepakati sebelumnya. Menurut saya, ketika ada sebuah kesepakatan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih tentang suatu hal sehingga kedua belah pihak merasa diuntungkan (win-win), inilah yang disebut sebagai komitmen.

Ketika seseorang dikatakan melanggar komitmen, yang harus dipertanyakan adalah apakah ada salah satu pasal keuntungan bersama tadi (win-win) yang dilanggar dan tidak sesuai dengan kesepakatan? Atau mungkin ada pasal yang tidak diatur di komitmen awalnya. Misalnya, kalau kita memesan makanan siap saji, jarang sekali kita akan dijanjikan bahwa makanan akan datang dalam waktu x menit bukan? Nah, begitu kita sebagai yang memesan makanan siap saji tersebut sudah sangat kelaparan, tetapi pesanan yang diantarkan tidak juga kunjung datang, apa yang terjadi ketika sang pengirim datang? Mungkin bukan ucapan terima kasih yang diterima, tapi dampratan dari kita sebagai pihak ”korban”. Sedangkan dari sang pengantar, yang diketahuinya adalah bahwa dia sudah berusaha sebaik mungkin mengendarai kendaraannya, supaya sang pelanggan dapat segera mengganjal perut. Siapa yang salah? Kondisi transportasi kita? Jam yang bergerak terlalu cepat?

Jadi, kalau kita mau melihat, apa sih komitmen itu sebenarnya? Jawabannya sederhana: kesepakatan. Yang biasanya menjadi masalah adalah ketika ada tindakan yang dilakukan di luar dari kesepakatan di awal. Jadi biar tidak melanggar bagaimana? Semua dibuat kesepakatannya, termasuk komitmen jika terjadi pelanggaran komitmen. Gampang kan?

Kenapa komitmen selalu menjadi kambing hitam?

Seperti halnya dalam cerita di atas, dalam keseharian kita pun penuh dengan komitmen yang terjadi hari demi hari, baik kita sadari maupun tidak. Misalnya? Ketika kita membuat janji untuk makan siang dengan rekan kerja atau sahabat kita. Terkadang ada beban pekerjaan yang menumpuk, ada panggilan meeting mendadak dari si bos, ada kasus keluarga yang harus diselesaikan, dan sebagainya. Sehingga, kita terpaksa membatalkan janji yang sudah dibuat terlepas dari kemungkinan rekan atau kawan kita yang sudah memberikan waktu khususnya. Mau apa lagi?

Banyak orang mengkambinghitamkan penyebab kita melanggar komitmen itu, tetapi beberapa orang bahkan mengkambinghitamkan komitmen itu sendiri. ”Kalau tidak ada komitmen kan tidak akan ada yang melanggar,” begitu katanya. Sama saja kalau kita bilang, ”Kalau nggak mau lupa sama pelajaran, nggak usah belajar apa-apa.” Lucu sih. Sebetulnya kambing hitam pada komitmen dan penyebab kita (misalnya) melanggar komitmen itu kan bisa dihindari. Bagaimana caranya? Dengan menjadi dewasa.

Maksudnya? Hanya orang yang sudah dewasa (secara mental) menyadari bahwa tidak ada yang tetap di dunia ini. Semua pasti berubah. Bila sepasang kekasih atau suami istri berharap pasangannya tidak berubah, berarti yang harus siap diterimanya adalah kekecewaan yang mendalam ketika ternyata pasangannya mengalami perubahan (baik fisik maupun mental). Lho kok begitu? Iya, begitu. Paling gampang, misalnya kita beli daging di pasar, kita bisa menentukan perubahannya, mau jadi sekeras es (masukkan saja di kulkas), mau dibiarkan hancur dan membusuk, atau mau dijadikan selezat masakan yang dihidangkan di meja makan. Itu semua tergantung komitmen kita ketika membeli daging itu. Apakah kita akan menyalahkan penjual daging, ketika daging yang kita beli ternyata membusuk (karena kita biarkan begitu saja)? Tidak bukan? Tetapi itulah cara untuk tidak mengkambinghitamkan sebuah komitmen, yaitu dengan menyadari bahwa semua bisa berubah (dari awal), dan siap dengan perubahan yang mungkin terjadi. Sekali lagi, siapkan diri untuk berpegang pada tidak terpenuhinya janji. Jadi kita tidak akan menyalahkan siapapun. Sekali lagi, hidup ini pilihan.

Bisa gak kita konsisten dengan komitmen dan bagaimana membuat komitmen bukan merupakan penjara yang membatasi?

Semua orang bisa konsisten dengan komitmen. Cuma masalah bagaimana kita memandang komitmen itu. Ini juga yang akan membuat komitmen bukanlah sebuah penjara yang membatasi, tetapi cakrawala kemungkinan, yang membuat kita kreatif untuk menjalani komitmen itu. Waduh, maksudnya gimana? Coba bayangkan, kita siap dengan semua kemungkinan yang terjadi dan berpegang pada tindakan yang akan dijalani bersama dari awal, dengan pemikiran yang juga sudah disetarakan – bukan disamakan, setiap orang punya dan berhak atas pemikiran yang berbeda. Maka apapun yang terjadi di jalan nanti, kita siap menerima segala konsekwensinya karena sudah dijabarkan paling tidak sebagian besar di awal.

Juga kita akan tahu bahwa kita bisa bergerak bebas dalam komitmen itu kalau semua didasari oleh logika dan hati, bukan hanya sesuai aturan yang berlaku. Bukan sesuatu yang muluk-muluk tapi sesuatu yang bisa saja terjadi di tengah jalan, yang semuanya itu disadari dan dibicarakan dari awal.

Kenapa? Kalau terjadi sesuatu di tengah jalan, bukan lagi pelanggaran komitmen, tetapi yang terjadi adalah komitmen untuk menjalani resiko yang sudah dibicarakan di awal.

Tapi bukannya ketika membuat komitmen sebaiknya berpikir yang terbaik? SETUJU. Pernah dengar kata-kata ”expect for the best, prepare for the worst”? kita memang mengharapkan yang terbaik, membuat tujuan yang terbaik. Tetapi bukankah kita ketika menuju tujuan atau cita-cita kita juga sebaiknya menyediakan payung? Mungkin di tengah jalan hujan. Jadi kalau payung sudah siap, tidak akan menyalahkan hujan yang terjadi di tengah jalan kan? Selamat menjalani hidup berkomitmen...

Ayo bobok, kalau nggak bobok nanti digigit orang gila


Kebiasaan menakuti anak dengan orang gila, tikus, pocong, dll

Aduh, menakutkan sekali. Ketika saya berumur sekitar 9 tahun, saya pernah mengalami satu kejadian tidak mengenakkan dengan orang yang mengalami gangguan kejiwaan! Itu juga pasti yang dialami oleh sebagian besar anak kecil lainnya. Memang terlihat efektif, ketika kita ingin anak kita atau seorang anak kecil melakukan sesuatu yang kita perintahkan. Berikan saja kata-kata seperti judul di atas, dan ketakutan yang ditimbulkannya akan membuat (semoga) anak tersebut menuruti perintah kita. Toh dengan semakin dewasa, ia akan mengerti bahwa orang gila bukanlah sebuah makhluk yang suka memakan orang lain, atau tikus sebenarnya takut pada manusia, atau kemungkinan seseorang yang pernah (mungkin) melihat pocong (menurut statistik sederhana) adalah 50.000 : 1. Yah, toh anak itu akan mengetahui fakta itu semua kan?

SALAH!! Ketika kita sebagai orang tua yang (notabene) mengetahui fakta tersebut, menggunakan beberapa hal yang menakutkan untuk memberikan tekanan pada seorang anak untuk menurut, itu merupakan hal yang (menurut saya) cukup mengerikan. Bukan ancamannya yang mengerikan, tetapi akibat yang ditimbulkannya di kemudian hari. Tahukah bahwa seorang anak itu tak ubahnya seperti spons, yang akan menyerap apapun yang dilihatnya, didengarnya, dan dirasakannya? Seorang akan akan memasukkan informasi yang diterima dari sekelilingnya (terutama dari orang tuanya) ke dalam pikirannya, pikiran bawah sadarnya. Sekali kata-kata itu masuk, sekali informasi ini masuk, semua itu akan menjadi bagian dari sistem nilai anak tersebut (value), yang besar kemungkinannya menjadi bagian dari kepercayaannya (belief system). Karena telah menjadi nilai, dan akan dijalankan secara refleks, maka apapun hal yang berhubungan mampu mengaktifkan rasa takut di dalam dirinya.

Coba bayangkan dan rasakan, kalau kita berada di posisi anak tersebut. Si anak tidak memiliki data di dalam pikirannya bahwa apa yang menjadi momok atau ketakutannya bukanlah sesuatu yang nyata. Bahkan, pikirannya semakin menjadikan ketakutan tersebut menjadi nyata, dari hari ke hari. Sebagai informasi, tahukah Anda bahwa pikiran tidak membedakan antara kenyataan dengan imajinasi? Pernahkan Anda membayangkan makanan kesukaan Anda di hadapan Anda, dan tiba-tiba tanpa disadari, air liur Anda mulai bertambah, perut Anda bereaksi, dan timbul kebutuhan di pikiran Anda?

Ketakutan ini, yang bila terus diperkuat dari hari ke hari dengan terus disebutkan pada sang anak, akan menjadi nilai yang semakin kuat. Inilah yang mengakibatkan munculnya berbagai macam phobia pada sang anak, atau bahkan phobia yang masih terbawa sampai sang anak beranjak dewasa. Walaupun sebagai orang dewasa, mungkin ia tahu bahwa ketakutannya terasa konyol, tetapi coba kita lihat bersama, seorang perokok pasti tahu bukan bahwa rokoknya membahayakan kesehatan diri dan orang lain, tetapi apa yang dikatakan oleh sebagian besar perokok ketika mereka ingin berhenti merokok? Mudahkah bagi mereka?

Masih mau menakut-nakuti anak kita?

Kenapa Ya Aku Bermimpi?


Aku selalu bermimpi kalau tidur, dan kalau aku sakit (panas, demam, dll), mimpiku semakin seram.

Kenapa sih aku bermimpi?

Banyak teori mengenai mimpi yang telah dikemukakan para ahli maupun psikolog terkenal mengenai pikiran, tetapi sampai saat ini masih banyak misteri yang berkembang di sekitar mimpi yang dialami oleh manusia. Buat sebagian besar ilmuwan, saat ini mimpi dipercaya sebagai hasil dari reaksi pikiran di dalam otak manusia selama ia tidur, yang bisa merupakan tanda dari pikiran bawah sadar (atas sebuah masalah, baik mental maupun fisik).

Maksudnya? Begini, tubuh manusia tercipta dengan luar biasa sekali, ada fungsi planning, fungsi operasional, fungsi pengendali/pengontrol, fungsi alarm/peringatan, fungsi sensor, dll. Ketika ada satu atau beberapa masalah dengan tubuh kita, baik yang disebabkan karena masalah fisik maupun mental, maka fungsi alam/peringatan tubuh akan bereaksi. Misalnya? Paling gampang adalah ketika kita stress, lambung akan mengeluarkan asam lambung berlebihan. Akibatnya? Muncul rasa perih di perut kita. Nah, rasa perih itu adalah peringatan dari tubuh kita, bahwa ada yang tidak seimbang sedang terjadi, yaitu masalah mental yang menghasilkan tanda fisik.

Coba kita lihat persamaannya. Misalnya kita punya mobil mesinnya panas, dari mana kita tahu kalau mesinnya panas? Tentu dari pentunjuk temperatur yang ada di dashboard mobil kan? Atau ketika bahan bakarnya sudah mau habis, bisa dilihat di petunjuknya juga kan? Itu kalau mobil, punya petunjuk dengan ukuran-ukuran tertentu. Sama seperti manusia, kalau badannya hangat, berarti kemungkinan ada proses infeksi sedang terjadi, atau ketika lapar, berarti waktunya makan (tapi kan sifatnya bukan indikator digital atau pakai jarum penunjuk). Nah, ketika kita tidur, semua nilai, kepercayaan, target, masalah, dan berbagai hal lain yang ada di pikiran bawah sadar kita seolah-olah memperoleh kesempatan untuk mengutarakan kritik dan sarannya. Tapi kalau kita misalnya mengkritik orang dengan e-mail, sms, atau telepon, salah satu sarana pikiran bawah sadar kita mengirimkan kritik dan saran adalah lewat mimpi.

Sebenarnya juga bukan hanya kritik dan saran, tetapi berbagai hal yang ada di pikiran bawah sadar, seperti kebiasaan (habits), sistem kepercayaan (belief system), dan citra diri (self image) yang tersimpan di sana, yang bercampur dengan tujuan (goal) yang kita inginkan, ambisi, dan lain sebagainya. Semuanya berusaha memberi kita informasi, tentu saja dengan bentuk gambar, cerita, dan lambang-lambang, yang terkadang memang sulit untuk kita mengerti. Bisa juga pikiran kita sedang me-rerun (memutar ulang) berbagai rekaman peristiwa-peristiwa dalam hidup kita, katakanlah sedang me-refresh semua memori kita tersebut (dalam rangka memelihara sistem di dalam otak kita). Gunanya? Banyak yang berasumsi dan berteori bahwa ini sebagai salah satu cara pikiran dan otak ”menyegarkan” dirinya kembali, cara untuk mempertahankan berbagai memori yang pernah terjadi, cara untuk tetap membuat kita bisa mengingat dengan baik, dan masih banyak lagi.

Apakah mimpi seram itu? Bisakah dihilangkan?

Mimpi, seperti telah dijelaskan di atas, bisa merupakan tanda dari tubuh, bahwa ada sesuatu yang tidak beres sedang terjadi, misalnya sakit. Jadi kalau misalnya, ketika kita sakit dan bermimpi seram, berarti saat itu tubuh berusaha memberitahu kita bahwa sesuatu sedang terjadi di dalam tubuh kita. Tetapi karena kita tidak punya indikator-indikator digital atau jarum penunjuk, maka begitulah caranya pikiran kita mengirimkan sinyal-sinyal informasi peringatannya.

Bisakah dihilangkan? Mungkin kita bisa mencoba untuk melakukan beberapa hal sebelum kita tidur (ketika kita sakit), seperti:
  • Mencoba berbaring, dan melemaskan tubuh serileks mungkin
  • Memejamkan mata, dan memperhatikan nafas kita sendiri
  • Membayangkan, merasakan, bagian tubuh kita yang sedang terserang sakit
  • Bayangkan dan rasakan, bahwa bagian tubuh kita tersebut perlahan-lahan menjadi terlihat dan terasa lebih segar, yakinkan diri kita sendiri (walaupun misalnya masih terasa belum nyaman saat itu), bahwa bagian tubuh itu perlahan-lahan membaik
  • Terus bayangkan dan rasakan, sampai benar-benar jelas, percayalah dengan diri kita sendiri
  • Katakan pada diri sendiri berulang-ulang dalam keadaan tenang & rileks, ”Tubuh, saya menyayangimu, engkau mampu menyembuhkan dirimu dari dalam.”
Ini salah satu tips yang layak untuk dicoba untuk menghilangkan mimpi buruk yang mungkin muncul sebagai hasil dari reaksi atas masalah yang sedang dialami oleh tubuh kita.

Selamat mencoba, selamat bermimpi indah...

Bos Hanya Melihat Hasil Akhir

Bos saya hanya melihat hasil, bukan proses dan kerja keras saya.

Kenapa sih bos maunya beres saja?
Kenapa maunya tinggal beres aja? Namanya juga bos, kalau ngerjain sendiri, namanya bukan bos dong. Manusia diciptakan kan sangat kompleks, dan merupakan hasil dari gabungan antara sifat dasar dan lingkungan sekitarnya, jadi kalau kita berpikir bahwa cara yang kita gunakan layak diperhitungkan, bukan berarti semua orang pasti seperti kita kan?

Terkadang, tekanan dan target yang ada menyebabkan seseorang bisa (seolah-olah) tidak peduli pada cara dan metode yang digunakan untuk mencapai target yang diberikan padanya. Katakanlah, bos kita, misalnya dia adalah pemilik (owner) dari perusahaan tempat kita bekerja. Sekilas terlihat, bahwa enak untuk berada dalam posisi owner, yang akan memperoleh keuntungan terbesar. Tapi, pernahkah kita melihat dan menghitung, bahwa untuk keuntungan yang besar, resiko yang harus ditanggungnyapun juga besar?

So, terkadang karena tekanan dan resiko yang besar, seorang bos terlihat terlalu menekankan pada hasil, dan (seolah) tidak perduli pada cara bawahannya mencapai target/ hasil, yang ada di dalam pikirannya, adalah bagaimana perusahaan itu tetap dapat bergerak dan mampu menghidupi semuanya (baik karyawan maupun proyek yang sedang berlangsung).

Misalnya bos kita bukan seorang pemilik? Berarti dia juga punya bos lagi kan? Yang mungkin bos nya bos itu juga menekan dia untuk hasil yang harus dicapainya? Dan yang menyedihkan adalah jadi karyawan yang harus mencapai target itu? Nggak juga lah, kan kalau kita tidak berhasil mencapai hasil yang diinginkan, bos kita masih harus bertanggung jawab ke atas (itu untuk bos yang baik ya). Mungkin kita juga kalau dalam posisinya, juga akan berbuat hal yang sama. Siapa tahu?

Intinya, misalnyapun bos kita bukan bos yang baik (Cuma mau tau beres, mengambil semua kredit dan pujian untuk dirinya sendiri, langsung menyalahkan anak buah begitu ada kesalahan tanpa mau bertanggung jawab ke atasannya, dll), dan yang bisa dilakukan Cuma ngedumel di belakang, coba untuk hentikan kebiasaan tersebut. Ngedumel bukan solusi, hanya merusak dan mengotori pikiran kita, so apa yang harus kita lakukan? Percaya bahwa kita adalah manusia dengan segudang potensi, serta memiliki banyak kesempatan bagi siapapun yang berusaha.

Kalau satu pintu tertutup, masih ada pintu lain yang terbuka kan?

Perlukah saya tunjukkan cara kerja saya?

Kalau tipe bos kita adalah orang yang hanya mau melihat hasil akhir, mungkin terlihat sedikit aneh kalau kita memaksakan diri kita untuk menunjukkan cara kita bekerja, lha wong dianya aja mau Cuma terima beres kan? Tetapi kita bisa kan mengubah cara berkomunikasi kita dengan bos kita itu..

Misalnya? Kita bisa secara berkala, melakukan report ke bos kita itu, untuk hasil hasil kecil yang sudah berhasil diraih, dalam perjalanan menuju hasil yang diharapkan. Ini sama saja dengan kita melaporkan cara yang kita gunakan, tetapi bos melihat dari sisi pandang hasil. Bisa kan?

Atau, bisa saja kita mempresentasikan plan kita untuk mencapai hasil yang diinginkan bos kita di awal, setelah kita menerima perintah untuk mengerjakan proyek atau pekerjaan tersebut. Lalu hasil dan cara serta improvisasi selama proyek tersebut dijalankan, kembali di presentasikan di akhir kita memberikan report dan hasil dari pekerjaan kita. Semua ini tidak membutuhkan waktu yang panjang, dan bisa disesuaikan dengan waktu dan kondisi bos kita.

Intinya? Komunikasikan dengan cara yang tepat...

Bolehkah main curang aja, toh bos tahunya hasil akhir?

Tidak ada yang melarang kita untuk bermain curang, toh gak ada yang tau kan? Pertanyaannya, kira-kira kita sendiri tau nggak? Jawabannya, PASTI TAU. Ini yang jadi permasalahan utama. Apapun yang kita lakukan, adalah tanggung jawab pribadi, ini yang paling sulit. Kalaupun kita curang, dan hasil terpenuhi, tapi kita tidak belajar bagaimana untuk menyelesaikan sesuatu dengan cara yang tepat, wong namanya juga curang, pasti ambil jalan pintas.

Tapi yang penting kan hasilnya sukses? Benar, hasilnya sukses, tapi kalau lain kali, kita mendapat tugas yang sama, tapi tempat, situasi, dan kondisinya beda, masih bisa selesaikan dengan waktu dan hasil yang sama? Nggak kan.. So, mungkin tidak akan ada yang pernah tahu dengan cara apa kita meraih sesuatu, tapi kita sendiri tahu. Biasakan diri kita untuk selalu terlatih untuk belajar, dari apapun di sekitar kita. Biasakan kita tidak mengeluh ketika mengerjakan sesuatu, karena ketika kita tidak mengeluh, entah bagaimana, bisa kita rasakan bersama, bahwa tiba-tiba banyak komentar dan kreativitas yang muncul di dalam hati dan pikiran kita.

Apakah ini? Itu yang kita sebut sebagai hikmah. Segala sesuatu ada hikmahnya, walaupun curang sekalipun. Nah sekarang, kembali pada diri kita sendiri, mau dapat hikmahnya banyak atau sedikit, hikmah untuk selamanya atau sementara, hikmah untuk kebahagiaan kita sendiri atau rasa bersalah, semuanya kembali berpulang pada diri kita masing-masing.

Selamat mencoba dan meraih hasil yang Anda inginkan, sekali lagi, ambil hikmah/pelajaran dari apapun yang sedang Anda lakukan.

Arwah Gentayangan

Mengapa hal ini bisa terjadi?

Apakah anda termasuk orang yang bisa naik sepeda? Jika ya, maka pertanyaan berikutnya adalah, masih ingat ketika belajar naik sepeda? Bisa ya bisa tidak. Kebanyakan dari kita, ketika belajar, katakanlah naik sepeda, kita melakukan proses yang berulang-ulang dan terus menerus. Ketika belajar naik sepeda, banyak dari kita merasakan jatuh, bangun kembali, jatuh lagi, bangun dan mencoba kembali. Lama kelamaan, kita mampu dan bahkan beberapa dari kita seakan-akan menjadi sangat ”ahli” dalam bersepeda. Ketika sesuatu yang sama kita lakukan berulang, dan berulang, dan berulang terus, maka itu akan menjadi bagian dari kesadaran terdalam di pikiran kita. Beberapa ahli menyebutnya ”bawah sadar”. Kekuatan dari bawah sadar ini luar biasa sekali. Buktinya? Ketika sudah lama sekali kita tidak naik sepeda misalnya, begitu kita berada di atas sepeda kembali, maka tidak butuh waktu lama bagi kita untuk kembali akrab dengan keterampilan bersepeda tersebut bukan?

Nah, sama halnya dengan orang yang sudah (sangat) lama bekerja, apalagi mengerjakan sesuatu yang rutin dalam kesehariannya. Contohlah, seseorang yang sudah bertahun-tahun bekerja di sebuah kantor yang sama, dengan pola kerja yang sama, dengan rekan kerja yang juga sama. Semua kegiatan, pola, rasa, dan pikiran sudah begitu lekatnya masuk ke dalam ”bawah sadar” kita, sehingga tanpa butuh waktu lama kita bisa mengingatatau membayangkan situasi di kantor kita tersebut. Hal inilah yang mempengaruhi pola kita setiap hari, seolah olah, pikiran kita punya jam (kalender), yang alarmnya mengikuti pola yang sudah terbentuk (selama bertahun tahun tersebut). Katakanlah misalnya, jam 9 waktunya masuk, jam 12 waktunya makan siang, jam 5 waktunya pulang, tanggal 25 waktunya gajian, dll.

Muncul (biasanya) sebuah masalah, ketika kita, baik secara sengaja maupun tidak sengaja mengubah pola tersebut (pindah kerja, keluar, berwiraswasta, di PHK, dll), maka pola yang lama masih sangat kuat melekat. Tidak heran, apabila kita masih ”memegang” erat kebiasaan yang lama, sehingga seolah-oleh tertelan dalam ”Nostalgia” masa kejayaan. Ketika pola dalam pikiran kita itu begitu kuat, sehingga menghambat kita untuk bergerak maju, inilah yang kita sebut sebagai ”Post Power Syndrome”. ”Arwah Gentayangan” yang diceritakan itu sendiri merupakan bentuk ringan dari ”Post Power Syndrome”. Solusinya? Lakukan perubahan tujuan hidup, diam sejenak, berikan waktu bagi hati dan pikiran kita untuk me-rekondisi (bukan hanya negara yang bisa melakukan rekondisi kan..), cari tujuan baru, coba cara baru.

Bagaimana, siap untuk memulai sebuah hidup yang penuh dengan peluang dan kemungkinan? Selamat mencoba.

Anakku Obesitas

Anakku laki-laki, umur 11 tahun mengalami obesitas. Dengan berat 60kg dan tinggi 130cm.

Kenapa anak bisa obesitas?
Waduh, sebuah pertanyaan yang mungkin bisa lebih baik dijawab oleh seorang dokter atau seorang ahli gizi... mungkin saya sekedar membantu dengan sedikit informasi yang memang kita miliki. Menurut penelitian oleh para ahli, pola hidup anak sekarang (pola makan dan pola bergerak) memberikan sumbangan yang cukup besar pada kecenderungan seorang anak mengalami obesitas. Junk food dan video games yang berlebihan merupakan kombinasi yang menarik (sebuah kata lain untuk, sempurna) dalam memupuk kecenderungan obesitas tersebut. Jumlah kalori yang besar yang terkadung di dalam seporsi makanan siap saji mampu menambah sejumlah penimbunan kadar lemak didalam tubuh, apalagi bila seorang anak hampir setiap hari mengkonsumsi makanan seperti ini. Juga dengan pola bergerak yang semakin kecil, dimana banyak terjadi, seorang anak lebih suka bermain dengan video games nya di rumah ketimbang harus berolah-raga dan bersosialisasi di luar. Banyak anak sekarang yang lebih memilih bermain bola di video games ketimbang harus bermain bola sungguhan di lapangan. Ini sekedar contoh, bahwa pola makan yang sudah mendukung munculnya obesitas, ditambah dengan terjadinya kemalasan gerak pada anak kita?

Tidak bisa disangkal pula, menurut para ahli, ada peranan gen (DNA, informasi genetis) didalam kecenderungan seseorang mengalami obesitas atau tidak, tetapi pola makan dan pola gerak tetap memegang peranan kunci dalam perkembangan obesitas pada diri seseorang. Berdasarkan berbagai informasi singkat ini, lebih mudah bagi kita, untuk membantu anak kita mengubah pola makan dan pola geraknya dibandingkan harus berpikir untuk mengubah struktur gen nya kan?

Apa ada terapi non obat?

Terapi non obat? Banyak jalan untuk menuju sebuah goal, banyak cara untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Ada beberapa kemungkinan terapi non obat, saat ini bisa dengan menggunakan pola pengobatan tradisional alami (herbal), bila yang dimaksud dengan obat adalah bahan-bahan kimia sintetis, atau misalnya dengan akupunktur, jika sama sekali tidak mau menyentuh bahan-bahan yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui mulut, juga bisa dengan mengubah pola pikir dan tingkah laku (behaviour) untuk mengubah pola makan dan pola bergerak dari anak. Mungkin dengan pendekatan hypnotherapy juga bisa membawa perubahan pada beberapa pola tersebut. Pada intinya, kita mulai mengubah pola pikir anak tentang makanan dan olah raga. Seorang anak bukan tidak mampu untuk mengubah pola makan dan geraknya, tetapi seringkali mereka belum menyadari pentingnya mengatur pola makan dan pola gerak (terlebih untuk anak yang sudah mengalami obesitas).

Nah, cara menerangkan kebanyakan orang tua pada anak yang menggunakan pendekatan pola pikir orang yang sudah dewasa, itu yang membuat tulalit (tidak nyambung). Jadi, kita diharapkan untuk mengubah cara kita mendekati dan menerangkan mengapa:
  • Pola makan harus berubah menjadi makanan sehat, dengan jumlah yang terbatas
  • Pola gerak yang harus dimulai, dengan berbagai aktivitas outdoor dan mengurangi kegiatan yang tidak banyak memerlukan gerak (video game, dll)
Yang keduanya disampaikan dengan cara yang sesuai dengan pemahaman (database) pikiran anak, dan dengan cara yang fun, serta tujuan yang jelas (serta mampu mengispirasi anak untuk mau mengerjakannya tanpa disuruh apalagi diancam).

Pengetahuan inilah yang dibutuhkan oleh kita sebagai orang tua, karena perubahan kebiasaan bukanlah merupakan hal yang mudah, bahkan untuk kebanyakan orang yang telah dewasa, apalagi harus diterapkan pada seorang anak. Pengetahuan dan pengertian untuk menjelaskan dan mengajak anak melakukan perubahan kebiasaan inilah yang akan menentukan masa depan anak-anak kita kelak.

Tunggu apa lagi, mulailah dari sekarang, mari kita ciptakan generasi yang cerdas dan sehat...

Aku Tidak Mau Miskin


Aku tidak mau miskin, tapi orang tuaku hidup dari belas kasihan orang lain, dan keluarga besarku menjadikan aku seperti seorang pembantu, mungkin juga karena mereka yang membiayai uang sekolahkuk. Aku merasa ditekan sana sini.

Apakah keluargaku memang ditakdirkan miskin?

Takdir. Apa sih takdir? Sebuah ketentuan atau kepastian? Bahwa sekeras apapun usaha yang kita lakukan, kalau sudah ditakdirkan begini, ya nggak akan berubah? Kalau bukan, kenapa banyak banget orang di luar sana yang kerja keras, pantang menyerah, tetapi setelah tahunan, bahkan terkadang, puluhan tahun, hidupnya nggak berubah?

Lalu kenapa, karena takdir? Manusia termasuk makhluk yang kompleks. Ya, kompleks, karena banyak sekali fakta bahwa banyak orang yang sukses dan berhasil karena usaha mereka yang tidak kenal menyerah. Tetapi di lain sisi pula, banyak juga orang yang sepertinya, usahanya nggak keras-keras amat, tapi juga berhasil, yang tentu saja seperti bumi dan langit, kalau dibandingkan dengan orang-orang yang mungkin sudah puluhan tahun bekerja keras, tapi hidup mereka nggak berubah-ubah juga.. Takdir?

Jawaban yang mudah, namun ternyata, kita bisa melihat lebih dari itu. Ketika seseorang punya pola pikir sukses (bisa juga disebut pola pikir kaya), maka terjadi perubahan pada citra diri orang tersebut (yang menentukan gaya bahasa, bahasa tubuh, dll), sistem kepercayaan dalam hati orang tersebut (yang menentukan kepercayaan diri, keberanian, konsistensi, dll), dan juga kebiasaan yang dilakukannya (disiplin, keuletan, dll). Jadi, ketika seseorang memiliki pola pikir sukses, maka ciri-ciri orang tersebut adalah orang yang tidak mau menyerah begitu saja pada kehidupan, kreatif dan selalu mencari cara lain untuk mencapai tujuannya (apalagi bila cara yang ditempuhnya sekarang tidak jalan seperti yang dimauinya), punya tujuan yang dikejar, dan mampu menahan sakit yang menghalangi untuk mencapai tujuannya tanpa mengeluh (karena yakin bahwa suatu saat dia pasti bisa mencapai apapun yang diinginkannya).

Coba lihat ciri-ciri ini. Ternyata, yang membedakan antara orang yang sukses (winner) dan yang menyerah (looser, saya tidak mau menggunakan kata gagal, kenapa? Karena gagal itu wajar dan biasa, orang yang tidak berani gagal, tidak akan pernah berhasil), bukan sekedar usahanya, tapi apa yang mendasari usahanya tersebut, yang ada di dalam pikirannya.

Jadi bagaimana caranya merubah nasib atau takdir ini? Mulai ubah cara berpikir kita, misalnya, daripada bilang “nggak mungkin saya mencapai posisi itu”, coba ubah kata-kata di pikiran kita dengan “gimana caranya saya mencapai posisi itu?”. Daripada bilang “Gak bisa”, lebih baik berkata “Belum bisa”. Sesederhana itu? Iya, kenapa mesti dibuat rumit? Otak kita merupakan alat yang luar biasa, di dalamnya bekerja pikiran kita. Beri perintah yang tepat, maka otak kita akan mengerjakan apa yang kita perintahkan dengan tepat. Masalahnya, banyak orang yang belum memberikan perintah dengan tepat. Harap diingat, bahwa pikiran kita terbagi menjadi pikiran sadar dan bawah sadar. Yang menjalankan perintah kita (utk sukses, kaya, bahagia, dll) itu adalah pikiran bawah sadar, yang tentu punya cara dan waktu sendiri untuk memenuhi keinginan dan harapan kita itu. Yang dibutuhkan adalah kesabaran dan kesadaran, untuk setiap usaha dan apapun yang terjadi pada diri kita.

Coba dulu, kita akan menemukan hal-hal besar dari hal-hal kecil yang kita biasakan setiap harinya...

Bagaimana aku bisa lepas dari tekanan dan tuntutan balas budi?

Pertanyaan menarik, jawabannya sederhana... hidup ini pilihan, so, pilih aja untuk lepas dari tekanan dan tuntutan balas budi itu, gampang kan? Lho, nanti dibilang ”gak tau diuntung”, atau ”gak tau balas budi”. Ya, kalau begitu, jangan dilupakan, tapi ditunda sebentar..

Maksudnya gimana? Gini, ketika seseorang berbuat ”baik” (apakah baik secara tulus maupun secara pamrih), maka rata-rata orang akan merasa sebuah perasaan berhutang, yang kita sebut sebagai hutang budi. Nah, perasaan ini merupakan perasaan yang sangat wajar, yang menjadikannya tidak wajar apabila terjadi secara berlebihan, yaitu menjadikan kita membenarkan ”apa saja” yang dilakukan oleh orang yang memberikan kita ”kebaikan” tersebut. Yang bisa kita lakukan gimana?

  1. Lihat secara seimbang, kalau seseorang kita membantu kita dengan sebuah pertolongan, katakan pada diri kita untuk bersiap suatu saat menolong dia saat dia kesulitan, dan saat itu hutang budi kita terbalas.
  2. Hutang budi TIDAK harus dibayar sekejab dan kontan... pikirkan aja seperti konsep bank... kan ada kredit.. apalagi kalau yang memberi itu memberikannya secara tulus, maka kita bisa membayarnya di waktu dan kesempatan lain ketika kita juga sudah mampu membayarnya (lebih mudah lagi kalau terhitung, seperti bantuan uang dan semacamnya)
  3. Rata-rata bantuan diberikan dengan tulus, jadi akan lebih menghormati pemberi bantuan tersebut, kalau kita membalasnya suatu saat juga pada saat dia membutuhkannya, dan bisa dalam bentuk apapun (tenaga, materi, teman dikala duka, dll), selama kita membalasnya juga dengan tulus (tanpa keterpaksaan bahwa kita HARUS balas budi).

Jadi? Ya, mulai untuk berpikir bahwa kita adalah manusia bebas, manusia yang penuh dengan potensi... hari ini mungkin kita yang diberi bantuan (tangan dibawah), tapi yakinlah (bukan mungkin, yakin..), bahwa suatu saat kita yang akan memberikan bantuan (tangan diatas, baik untuk balas budi, maupun pada orang lain).

Selamat memberi...

Sugesti Diri untuk Berdayakan Kinerja Otak

Peningkatan kinerja otak dengan sugesti dan hipnotis

Tahukah Anda bahwa manusia normal rata-rata baru menggunakan sekitar 6% potensi otaknya? Tahukah Anda bahwa jika kita mampu meningkatkan potensi tersebut sebesar 1% sampai 2%, maka kita sudah dalam kategori jenius? Dan tahukah Anda bahwa metode peningkatan potensi tersebut dapat dilakukan dengan cara yang sederhana?

Dengan fakta seperti di atas, maka sudah barang tentu banyak dari kita yang bertanya-tanya, bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi? Ada yang bertanya, apakah kemampuan untuk meningkatkan kinerja otak tersebut merupakan suatu bakat tertentu atau dapat dimiliki semua orang? Atau ada yang langsung pada pertanyaan, bagaimana caranya untuk kita mampu meningkatkan kinerja otak tersebut?

Jawaban dari berbagai pertanyaan tersebut sebenarnya dapat dilihat dengan banyak contoh. Beberapa contoh yang hanya dapat kita ketahui bilamana kita memperhatikan beberapa hal secara spesifik. Salah satu orang di dunia yang mampu untuk mengoptimalkan kinerja otaknya adalah seorang ilmuwan besar dunia, Albert Einstein, penggagas teori relativitas. Berdasarkan penelitian, volume otak Albert Einstein tidak berbeda jauh dengan volume otak manusia normal. Riwayat hidupnya juga tidak mencirikan bahwa Einstein merupakan manusia yang luar biasa semenjak kecil. Kebalikannya, ketika kecil, ia bahkan dikategorikan sebagai seorang anak yang tidak memiliki kemampuan yang cukup baik di bidang matematika dan ilmu alam. Hanya berkat kerja keras, ketekunan, dan kemampuannya mengeksplorasi dirinya sendiri lah kemudian Einstein mampu untuk memikirkan dan menghasilkan berbagai hal besar bagi umat manusia. Orang kedua yang juga layak untuk dijadikan contoh adalah Thomas Alfa Edison, seorang penemu besar abad ini, yang sangat kreatif dan produktif. Sejarah membuktikan bahwa mereka ketika kecil tidak menunjukkan kehebatan seorang yang luar biasa. Bahkan mereka menunjukkan bahwa mereka hanya seseorang yang penuh dengan keterbatasan layaknya manusia normal.

Cerita di atas menimbulkan satu pertanyaan didalam pikiran kita, kalau mereka bisa mencapai dan menghasilkan hal-hal besar, bagaimana caranya untuk kita juga dapat menghasilkan karya-karya besar seperti itu? Sebenarnya yang membedakan orang biasa dengan orang-orang yang produktif dan kreatif tersebut hanyalah kemampuan untuk berkomunikasi dengan diri sendiri secara lebih efektif. Bagaimana kita mampu mensugesti diri kita sendiri dengan cara dan penggunaan bahasa yang benar. Hal ini sudah banyak terbukti di dunia barat melalui penelitian yang panjang, bahwa teknik sugesti diri yang saat ini dikenal dengan teknik hipnotis (self-hypnosis), merupakan salah satu metode untuk mencapai banyak hal yang menjadi tujuan kita. Terbukti bahwa bila otak menerima rangsangan yang tepat, maka ia akan bekerja dengan efektif. Hal ini menghasilkan kinerja yang lebih baik dari sebelumnya. Peningkatan kinerja otak akan dibarengi dengan peningkatan kemampuan untuk fokus (konsentrasi), produktivitas, dan kreativitas.

Sekali lagi, sugesti diri mencakup cara dan teknik penggunaan bahasa ke dalam diri sendiri secara efektif. Sebagai analogi, kesadaran kita adalah layaknya seorang tukang kebun, dan potensi otak kita adalah ladang yang akan dikelola oleh tukang kebun tersebut. Coba anda bayangkan, bukankah kebun tersebut akan menciptakan hasil yang berlimpah bila dikelola dengan metode dan cara yang benar? Dan juga akan mengakibatkan hasil yang sebaliknya jika dikelola secara salah?

Kemampuan kita untuk mengelola otak dan pikiran kita itulah yang kemudian membedakan antara seseorang dengan orang yang lainnya. Saat ini, metode untuk mengakses dan memberdayakan pikiran dan otak kita merupakan pengetahuan yang dapat dipelajari dan dipraktekkan untuk kepentingan kita. Pengetahuan ini juga dapat diaplikasikan di berbagai bidang, untuk meningkatkan kualitas kinerja individu maupun tim. Aplikasi teknik sugesti diri/ hipnotis ini antara lain di bidang bisnis, marketing, olah raga, kesehatan, pendidikan, dan masih banyak bidang lainnya. Metode yang digunakan pun sederhana dan dapat langsung diaplilkasikan.

Metode sugesti diri (self-suggestion, hipnotis) dapat dipelajari dengan waktu yang relatif singkat, serta dengan cara ilmiah sesuai standar internasional. Metode sugesti diri untuk meningkatkan kinerja otak tersebut dapat dipelajari di Narapatih Center. Terdapat berbagai kelas pelatihan dan konsultasi dari aplikasi sugesti diri (hipnotis) tersebut. Perkembangannya sendiri di mancanegara, seperti di Amerika, Inggris, dan beberapa negara barat lainnya sudah sangat pesat. Beberapa aplikasi yang banyak diminati adalah untuk meningkatkan kualitas hubungan orang-tua dengan anak (hypnoparenting), kualitas komunikasi untuk belajar-mengajar di sekolah (untuk guru terhadap murid), dan teknik meningkatkan kinerja otak dan diri (Power Performance).

Anda termasuk orang yang ingin meningkatkan kualitas kinerja diri sendiri? Atau ingin meningkatkan kinerja diri dan kualitas kehidupan orang-orang yang anda sayangi?

Hypnosis: Seni Komunikasi Mempengaruhi Orang Lain

Hypnosis? Banyak yang sama sekali belum pernah mengetahui apa sebenarnya Hypnotis itu. Kita telah mendengar banyak berita miring mengenai hypnotis yang digunakan untuk berbagai bentuk kejahatan, tetapi sebetulnya hypnotis itu bisa sangat berguna dalam kehidupan kita lho…

Kalau kamu mendengar kata hypnotis, apa hal yang terbersit dalam pikiran kamu? Kebanyakan dari kita mungkin akan memikirkan hal-hal negatif mengenai hypnotis yang seringkali kita dengar, seperti berbagai tindak kriminal yang menggunakan hypnotis (perampokan, penipuan, dll). Hal ini dapat terjadi mengingat begitu banyak hal-hal yang berhubungan dengan tindak kriminal yang menggunakan hypnotis. Itu baru dari satu sisi pemberitaan saja, tetapi sebetulnya, seberapa jauh sih sebetulnya kita mengetahui tentang apa itu sebenarnya hypnotis, sejak kapan manusia mengenal metode hypnotis ini, dan apa saja kegunaan hypnotis ini (selain untuk melakukan tindak kriminal tentu saja).

Hypnosis atau hypnotis sendiri diambil dari kata Hypnos, dewa Yunani yang menguasai alam mimpi dan tidur manusia, yang sangat dipercaya oleh masyarakat Yunani kuno. Hypnosis saat ini lebih merupakan suatu bentuk seni komunikasi & seni sugesti yang dapat mempengaruhi pikiran bawah sadar manusia, yang dapat berfungsi secara efektif. Hypnosis sama sekali tidak berkaitan dengan “magic” atau “mistik”, walaupun seakan-akan memiliki efek yang sangat ekstrim, sehingga seringkali banyak kalangan awam yang menghubungkannya dengan hal-hal yang bersifat “magic” atau “mistik”.

Hypnosis dalam bentuk tradisional telah dikenal sejak ribuan tahun silam di berbagai kebudayaan di seluruh dunia, dengan pendekatan yang berbeda-beda sesuai dengan model kebudayaan setempat. Pada abad ke-18, Dr. Franz Anton Mesmer dari Austria, mulai mengeksplorasi hypnosis dengan menggunakan pendekatan ilmu pengetahuan, dan dilanjutkan oleh para ilmuwan lainnya, termasuk Sigmund Freud yang dikenal sebagai salah satu tokoh peletak dasar-dasar ilmu kejiwaan.

Setelah melalui perjalanan yang panjang, pada hari ini hypnosis telah menemukan formatnya sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan, terutama setelah proses penelitian & pengembangan yang dilakukan oleh Dr. Milton Erickson sebagai salah satu tokoh utama Modern Clinical Hypnotherapy. Hypnosis juga banyak ditampilkan sebagai acara entertainment di televisi saat ini, tentu saja kita pasti pernah melihat acara-acara Street Hypnosis, baik di televisi lokal maupun asing. Pernah lihat kan, bagaimana orang bisa “diprogram” dengan mudahnya setelah dia dihypnotis oleh sang pembawa acara Street Hypnosis tersebut, dan bagaimana kekuatan dari pengaruh pikiran bawah sadar manusia sebenarnya?

Seperti telah diceritakan sebelumnya, bahwa hypnosis itu sendiri merupakan seni & ketrampilan berkomunikasi, sehingga yang dibutuhkan adalah pengetahuan mengenai konsep dan model komunikasi serta sugesti yang digunakan dan waktu agar kita dapat menguasai teknik hypnotis secara sempurna. Muncul pertanyaan kemudian, apakah dengan sekadar sugesti dan komunikasi, seseorang sanggup dipengaruhi seperti yang mungkin pernah kita lihat di televisi? Kata-kata “sekadar” itu sendiri bisa membuat seseorang melakukan hal-hal yang luar biasa lho (baik positif maupun negatif), dari meningkatkan motivasi, menghilangkan trauma, dan menyembuhkan penyakit.

Konsep hypnotis itu sendiri sebenarnya adalah metode untuk memasukkan suatu program yang kita inginkan agar dilakukan oleh seseorang, di mana contoh paling gampang yang bisa kita ambil adalah seperti kita memasang atau menghilangkan program dari komputer. Kalau kita mau membuat komputer kita mengerjakan suatu pekerjaan khusus untuk kita, yang bisa kita lakukan adalah memasang/menginstal komputer kita dengan program sesuai dengan kebutuhan, atau menggunakan program yang sudah ada, hanya tinggal di set ulang saja agar bisa memenuhi kebutuhan kita. Kita juga bisa menghilangkan/meng-uninstall suatu program dari komputer kita, bila kita merasa bahwa program tersebut tidak berguna atau justru dapat merugikan kita (contoh: program virus komputer, kita justru berusaha untuk menghilangkannya semampu kita kan?). Ternyata, banyak virus-virus dalam pikiran kita yang sebenarnya sering tidak kita sadari, menghilangkannya, bisa dengan menggunakan metode hypnotis, baik oleh orang lain maupun dengan melakukan self-hypnotis (hypnotis untuk diri sendiri).

Sebetulnya, hypnotis itu seperti layaknya senjata, bisa digunakan untuk melakukan tindak kriminal, maupun digunakan untuk menegakkan hukum. Hypnotis bisa digunakan untuk melakukan tindakan-tindakan yang merugikan dan kurang terpuji, tetapi juga di sisi lain dapat digunakan untuk melakukan hal-hal yang berguna, yang berkaitan langsung dengan diri kita maupun untuk membantu orang lain. Jika kita benar-benar serius dan berminat untuk memperdalam hypnosis, hypnotis ini dapat diarahkan ke bidang-bidang spesialisasi hypnosis yang ada pada saat ini, antara lain: Clinical Hypnotherapy, Professional Stage Hypnosis, Forensic Hypnosis, Anodyne awareness, dan masih banyak lagi. Beberapa contoh aplikasinya adalah untuk membantu orang-orang yang cukup merasa bermasalah dengan berat badannya (baik merasa terlalu berlebihan maupun kekurangan), meningkatkan kemampuan untuk fokus dan konsentrasi, melepas stress dan tekanan di pikiran, dan masih banyak lagi yang lainnya. Nah, khusus untuk rekan-rekan yang memiliki profesi atau karir di bidang sales dan marketing, public relation, maupun bidang-bidang yang mengharuskan untuk sering berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain, maka banyak sekali keuntungan yang bisa diperoleh. Salah satunya, karena seorang hypnotist (orang yang menguasai teknik hypnotis) mampu berkomunikasi dengan menggunakan konsep bahasa yang mudah diterima oleh pikiran bawah sadar, maka ia dengan mudah dapat meningkatkan kemampuannya dalam hal persuasi, negosiasi, dan berbagai bentuk komunikasi yang akan berguna dalam karir dan pekerjaannya.

Jadi, hypnotis itu bisa digunakan untuk meningkatkan performa diri kita sendiri, baik untuk di pekerjaan, mapun dalam aspek kehidupan lainnya. Satu hal lagi, untungnya kalau kita menguasai konsep komunikasi hypnotis ini adalah, bila suatu hari ada orang yang tidak dikenal tiba-tiba berusaha untuk menghypnotis kita untuk tujuan yang tidak baik, maka kita sudah mengenal cara orang tersebut mengarahkan dan mendekati kita, sehingga kita mampu untuk menghindari perangkap hypnotis yang akan dilakukan oleh orang itu. Sehingga kita mampu menjaga diri kita sendiri maupun orang-orang yang kita sayangi dari penyalahgunaan hypnotis tersebut.
Masih banyak juga keuntungan dari hypnotis yang bisa kita eksplorasi lebih lanjut? Coba bayangkan, suatu saat di mana informasi yang harus kita kuasai di sekolah maupun tempat-tempat lain luar biasa banyak, mungkin saat itulah teknik hypnotis akan digunakan untuk memprogramkan informasi-informasi tersebut ke dalam pikiran kita, sehingga proses belajar yang memerlukan waktu tahunan, dapat dipersingkat hanya dalam hitungan bulan. Mmm, kecepatan kita belajar ini tentu saja akan membuat kemajuan umat manusia menjadi lebih tidak terbatas oleh waktu, bukan demikian hasilnya?

Berminat untuk mempelajari hypnotis? Siap siap saja untuk mengeksplorasi kemampuan pikiran manusia, hanya dengan mempelajari teknik komunikasi yang tepat…

Hipnotis, sebuah pisau tajam bermata dua

Banyak orang yang merasa bergidik atau merasa takut saat mereka mendengar kata-kata hipnotis di sekitar mereka. Sebagian besar dari kita bahkan masih menganggap bahwa hipnotis merupakan salah satu bagian dari ilmu hitam, yang banyak melibatkan berbagai hal yang bersifat magis atau mistis. Hypnosis sendiri sebenarnya merupakan sebuah metode komunikasi efektif, di mana kekuatan dari komunikasi (melalui kata-kata dan bahasa tubuh) yang membuat berbagai efek ekstrim dapat terjadi. Munculnya efek yang terkadang terlihat ekstrim itulah yang kemudian membuat orang menjadi sering salah tafsir terhadap hipnotis. Hipnotis sendiri merupakan hal yang sudah dikenal semenjak ribuan tahun silam, yang terutama di dalam budaya timur. Penggunaan hipnotis saat itu kebanyakan adalah untuk berbagai upacara penyembuhan, di mana bentuk dari ritual dan langkah-langkah yang dilaksanakan terlihat jauh berbeda dengan hipnotis saat ini. Perkembangan jamanlah yang kemudian menguak tabir hipnotis tersebut. Saat ini, di dunia barat, hipnotis sendiri sudah diakui dan dapat dibuktikan secara ilmiah, serta dapat dipelajari oleh semua orang yang berminat mempelajarinya.

Seringkali kita hanya memperoleh informasi mengenai hipnotis dari salah satu sisi saja, di mana mungkin kita sering mendengar berbagai kejahatan yang (katanya) menggunakan hipnotis? Mungkin kita sering melihat betapa hipnotis digunakan untuk membuat permainan yang melibatkan orang lain yang menjadi “korban”? Mungkin kita harus mencoba untuk memikirkannya kembali, karena ternyata hipnotis memiliki banyak sekali sisi positif, jika digunakan dengan benar, maka yang akan terjadi adalah peningkatan dalam kualitas kehidupan manusia. Coba bayangkan, di mana terdapat kasus seperti ketergantungan obat (narkoba) yang dapat diselesaikan dengan sederhana, tanpa penanganan yang berlarut-larut dengan metode hipnotis (Hypnotherapy). Apakah merupakan dambaan dari tiap orang tua untuk dapat memiliki anak yang baik dan mudah untuk diatur? Bagaimanakah rasanya kalau kita bisa menolong orang-orang yang kita sayangi di sekeliling kita dari berbagai masalah, ringan maupun berat? Dan alangkah nyamannya apabila kita bisa merasakan perjalanan ke tempat lain, negara lain, suasana lain, dengan menggunakan metode hipnotis, di mana kita seolah-olah sedang merasakan sensasi bepergian ke tempat yang sangat kita inginkan? Bagaimana rasanya apabila kita mampu merasakannya dan mengingatnya dengan sangat jelas dan nyata, meskipun hal tersebut terjadi hanya di dalam pikiran kita? Masih banyak lagi aplikasi dari hipnotis yang dapat digunakan secara positif, mulai dari aplikasi marketing (untuk pemasaran), parenting (komunikasi antara orang tua dan anak), motivasi diri, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Hipnotis sendiri dapat dipelajari oleh banyak orang, dari berbagai kalangan, dengan waktu yang relatif cukup singkat, dan dengan cara yang sesuai dengan standard internasional. Yang dibutuhkan hanyalah kemampuan untuk berkomunikasi secara aktif dan rasa percaya diri yang cukup, sehingga memungkinkan kita untuk dapat mempraktekkan ilmu dan keterampilan yang diperoleh dari pelatihan mengenai hipnotis yang diikutinya.

Dengan berbagai fakta dan manfaat hipnotis yang sudah disebutkan diatas, apakah anda termasuk orang yang ingin memiliki kemampuan hipnotis untuk mengatasi berbagai macam masalah maupun untuk meningkatkan kualitas kehidupan anda dan orang-orang yang anda sayangi?

Citra Diri: Dari Dalam atau Pengaruh Luar?

Ada orang yang baru saja berkenalan, tetapi yang kemudian terasa adalah rasa nyaman seperti dua orang yang saling mengenal lama. Pembicaraan mengalir, cair dan hangat seolah keduanya memiliki pengalaman hidup yang sama, dan ingin berbagi seputar informasi yang dimiliki, tanpa kesan dibuat-buat, dan menyenangkan.

Ada orang yang setiap harinya saling bertemu dalam satu tempat, terasa berjarak. Saat terjadi dialog, pembicaraannya putus-putus, terkesan basa-basi dan dipaksakan. Ketika sedang berhadapan, terasa tidak menyenangkan dan terasa ingin cepat-cepat selesai.

Kedua kondisi tadi memperlihatkan bahwa ternyata terdapat perbedaan yang ditampilkan oleh manusia ketika saling berkomunikasi. Seseorang ketika berinteraksi dengan orang lain, ternyata memiliki apa yang kita sebut dengan citra diri (self image). Apa citra diri itu? Untuk kedua kasus di atas, ketika berinteraksi, citra diri seseorang lah yang membuatnya dapat dengan mudah dipercaya, diterima, dihargai, dipandang oleh lawan bicara atau orang lain di sekitarnya. Contoh yang paling mudah dan aplikatif dapat diambil dalam dunia modeling. Dalam dunia modeling, citra diri dikenal dengan sebutan kecantikan dari dalam (inner beauty), di mana seorang yang tampil terasa dan terlihat menarik, walaupun secara fisik mungkin termasuk kategori sedang. Juga ada seseorang yang sebenarnya secara fisik cantik, tetapi ia tidak memancarkan hawa yang menarik, atau membuat orang tertarik padanya. Citra diri ini juga berkaitan dengan kharisma, yang dimiliki oleh seseorang.

Kekuatan dari citra diri yang luar biasa inilah yang kemudian menjadi pertanyaan. Apakah sebenarnya citra diri itu? Dari mana seseorang mampu memiliki inner beauty atau kharisma yang luar biasa?

Banyak jawaban yang mungkin diberikan, dalam hal ini, kita akan membahas dari salah satu sisi pandang yang cukup mudah dan menarik untuk dibahas.

Tahukah Anda keterkaitan antara pikiran, tubuh, dan jiwa (mind body and soul)? Bahwa ada pepatah yang mengatakan
mens sana in corpore sano (a healthy mind in a healthy body - dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat), menunjukkan bahwa dari zaman dahulu kala, orang-orang sudah cukup menyadari keterkaitan pikiran dan tubuh tersebut. Tahukah Anda bahwa ternyata bila setiap hari kita mengatakan pada diri kita sendiri, berbagai hal yang positif, dan kita mempercayainya, akan membuat wajah kita nampak selalu lebih muda dan bersinar, dibandingkan jika kita mengatakan berbagai hal-hal negatif tentang diri kita dan juga, mempercayainya?

Semudah itukah? Ya, karena sebenarnya, pikiran manusia dapat dipandang dari dua model, yaitu pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Pikiran sadarlah yang selalu mengucapkan kata-kata yang positif atau negatif, karena pikiran sadar yang memiliki nilai-nilai positif atau negatif, baik atau benar, cepat atau lambat, dll. Kata-kata dari pikiran sadarlah yang memprogram pikiran bawah sadar. Sehingga cepat atau lambat, kondisi bawah sadar kita akan mengikuti apa yang seringkali pikiran sadar katakan. Sebagai contoh, sebut saja Bunga, seringkali ia mengatakan bahwa dirinya menarik, cantik, dan mampu menarik hati orang lain. Bila Bunga sering mengatakan hal tersebut (dalam hati) dan benar-benar percaya akan kata-katanya, maka perlahan-lahan bawah sadarnya akan mempercayai hal tersebut. Perlu diketahui pula, bahwa bawah sadar menguasai 88% pikiran dan tubuh manusia, sehingga perlahan-lahan, pikiran bawah sadar Bunga akan mengubah caranya bergerak, berkata-kata, dan berpenampilan. Secara tidak langsung, mengubah penampilannya sehingga segera terpancar bahwa Bunga adalah seseorang yang menarik dan cantik. Begitu pula sebaliknya, bila kita berkata-kata ke diri kita sendiri (dalam hati) tentang hal-hal yang negatif.

Bagaimana dengan seseorang yang selalu memperoleh masukan tentang dirinya dari orang di sekitarnya? Banyak hal boleh saja dikatakan oleh orang-orang di sekitar kita, tetapi keputusan untuk mempercayai apa yang dikatakan oleh orang-orang itu adalah hak kita sendiri. Jadi, tidak dimungkinkan bila kata-kata orang orang di sekitar kita yang membentuk citra diri kita, sama sekali tidak. Kata-kata orang-orang di sekitar kita yang kita putuskan untuk kita percayai, dan menjadi kata-kata dalam diri kita itulah yang membentuk citra diri kita.

Jadi, bagaimana keputusan Anda? Kata kata apakah yang akan Anda ucapkan ke diri Anda sendiri? Keputusan kitalah yang menentukan citra diri kita.

Hipnotis & Aplikasinya untuk Keseharian

Pernahkah Anda mendengar mengenai Hipnotis? Jika mendengar kata Hipnotis, apa hal yang terbersit dalam pikiran Anda? Kebanyakan orang akan memberikan komentar yang cukup negatif mengenai hipnotis. Suatu hal yang cukup lazim, mengingat begitu banyak tindak kriminal yang memang menggunakan hipnotis atau seolah-olah menggunakannya. Ada pertanyaan yang muncul, seberapa jauh sebetulnya kita mengetahui mengenai apa itu sebenarnya hipnotis, dan apa saja aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari?

Hipnotis merupakan suatu hal yang sebenarnya telah dikenal selama ribuan tahun, dalam berbagai bentuk tradisi tradisional, yang rata-rata dalam tiap kebudayaan, digunakan sebagai alat untuk penyembuhan. Hipnotis sendiri mengalami perkembangan dan mulai diteliti secara modern oleh seorang Austria bernama Dr. Anton Franz Mesmer, di mana ia pula lah yang kemudian membawa fenomena hipnotis ini ke barat (sehingga muncul istilah western hipnotis). Setelah mengalami banyak sekali proses penelitian, saat ini dapat dikatakan secara jelas bahwa hipnotis sama sekali tidak terkait dengan hal-hal yang bersifat mistik atau klenik, seperti yang telah banyak dituduhkan orang. Adapun hasilnya yang terkadang ekstrim (membuat orang tak berdaya, mengikuti kemauan si penghipnotis, dll), adalah hasil dari proses komunikasi yang luar biasa, pada pikiran orang lain. Hal inilah yang kemudian memicu banyak persepsi negatif mengenai hipnotis, atau ilmu Gendam, salah satu ilmu tradisional yang digunakan untuk mempengaruhi orang lain. Ilmu Gendam sendiri merupakan salah satu bentuk Traditional Hipnotis, yang biasanya dalam proses penguasaannya menggunakan metode yang berbasis tradisi (puasa, amalan-amalan, mantra, dll), serta kekuatan energi metafisik. Dalam kerangka hipnotis secara keseluruhan, ilmu Gendam hanya merupakan salah satu bentuk hipnotis modern yang dikemas dengan pendekatan tradisional, sedangkan teknik yang digunakan 100% dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Mengingat berbagai hal tersebut, banyak yang mempertanyakan apakah untuk menguasai kemampuan hipnotis dapat diperoleh melalui ritual mistik dan dilakukan secara instant (dengan mantra, diisi, attunement, dll). Jawaban dari pertanyaan tersebut dijelaskan oleh salah seorang pakar Hipnotis, Yan Nurindra dari Diamond in You Center yang juga Presiden IBH (Indonesian Board of Hypnotherapy), bahwa tidak benar bahwa hipnotis dapat diperoleh dengan cara seperti itu, di mana hal ini merupakan sekedar mitos belaka. Hipnotis merupakan sebuah seni komunikasi, yang tentu saja harus dilatih berdasarkan pengetahuan mengenai sifat-sifat pikiran manusia. Sehingga hampir semua orang dapat menguasai keterampilan ini, dan mampu mengaplikasikannya untuk berbagai hal dalam kehidupannya, seperti untuk terapi, marketing, bisnis, sekolah, olah raga, dll. Sampai saat ini, tantangan terbesar di Indonesia adalah mengenalkan hipnotis dan aplikasinya pada masyarakat, karena pola pikir yang telah terlebih dahulu terbentuk bahwa hipnotis biasanya berhubungan dengan hiburan, mengerjai orang lain, dan kejahatan.

Saat ini, hipnotis telah diaplikasikan di berbagai bidang, baik secara langsung maupun tidak langsung antara lain untuk hiburan (stage hipnotis), forensik, terapi, anestesi, marketing, dan masih banyak lagi. Saat ini banyak orang yang mengira bahwa hipnotis hanya dapat digunakan untuk kepentingan entertainment dan kedokteran, di mana ternyata masih banyak lagi aplikasi lain dari Hipnotis yang banyak belum diketahui.

Di Amerika Serikat sendiri, semenjak tahun 1958 hipnotis telah diakui dan diresmikan sebagai salah satu bentuk terapi untuk berbagai penyakit mental dan psikosomatis (penyakit fisik yang disebabkan oleh pikiran). Saat ini, mulai banyak di Indonesia yang mulai menyadari bahwa hipnotis sesungguhnya memang dapat diaplikasikan secara praktis, mulai dari untuk keperluan marketing (hypnomarketing), untuk hubungan antara orang tua dengan anak (menciptakan kondisi komunikasi yang kondusif, hypnoparenting), untuk membangun prestasi di sekolah, olah raga, maupun pekerjaan, serta masih banyak lainnya. Semuanya itu merupakan pengembangan dari ilmu hipnotis, sekali lagi, yang merupakan ilmu komunikasi yang luar biasa, untuk menghasilkan performa diri dan orang lain. Banyak sekali yang bisa dipelajari dan dikuasai, mau menyusul?