Mengapa hal ini bisa terjadi?
Apakah anda termasuk orang yang bisa naik sepeda? Jika ya, maka pertanyaan berikutnya adalah, masih ingat ketika belajar naik sepeda? Bisa ya bisa tidak. Kebanyakan dari kita, ketika belajar, katakanlah naik sepeda, kita melakukan proses yang berulang-ulang dan terus menerus. Ketika belajar naik sepeda, banyak dari kita merasakan jatuh, bangun kembali, jatuh lagi, bangun dan mencoba kembali. Lama kelamaan, kita mampu dan bahkan beberapa dari kita seakan-akan menjadi sangat ”ahli” dalam bersepeda. Ketika sesuatu yang sama kita lakukan berulang, dan berulang, dan berulang terus, maka itu akan menjadi bagian dari kesadaran terdalam di pikiran kita. Beberapa ahli menyebutnya ”bawah sadar”. Kekuatan dari bawah sadar ini luar biasa sekali. Buktinya? Ketika sudah lama sekali kita tidak naik sepeda misalnya, begitu kita berada di atas sepeda kembali, maka tidak butuh waktu lama bagi kita untuk kembali akrab dengan keterampilan bersepeda tersebut bukan?
Nah, sama halnya dengan orang yang sudah (sangat) lama bekerja, apalagi mengerjakan sesuatu yang rutin dalam kesehariannya. Contohlah, seseorang yang sudah bertahun-tahun bekerja di sebuah kantor yang sama, dengan pola kerja yang sama, dengan rekan kerja yang juga sama. Semua kegiatan, pola, rasa, dan pikiran sudah begitu lekatnya masuk ke dalam ”bawah sadar” kita, sehingga tanpa butuh waktu lama kita bisa mengingatatau membayangkan situasi di kantor kita tersebut. Hal inilah yang mempengaruhi pola kita setiap hari, seolah olah, pikiran kita punya jam (kalender), yang alarmnya mengikuti pola yang sudah terbentuk (selama bertahun tahun tersebut). Katakanlah misalnya, jam 9 waktunya masuk, jam 12 waktunya makan siang, jam 5 waktunya pulang, tanggal 25 waktunya gajian, dll.
Muncul (biasanya) sebuah masalah, ketika kita, baik secara sengaja maupun tidak sengaja mengubah pola tersebut (pindah kerja, keluar, berwiraswasta, di PHK, dll), maka pola yang lama masih sangat kuat melekat. Tidak heran, apabila kita masih ”memegang” erat kebiasaan yang lama, sehingga seolah-oleh tertelan dalam ”Nostalgia” masa kejayaan. Ketika pola dalam pikiran kita itu begitu kuat, sehingga menghambat kita untuk bergerak maju, inilah yang kita sebut sebagai ”Post Power Syndrome”. ”Arwah Gentayangan” yang diceritakan itu sendiri merupakan bentuk ringan dari ”Post Power Syndrome”. Solusinya? Lakukan perubahan tujuan hidup, diam sejenak, berikan waktu bagi hati dan pikiran kita untuk me-rekondisi (bukan hanya negara yang bisa melakukan rekondisi kan..), cari tujuan baru, coba cara baru.
Bagaimana, siap untuk memulai sebuah hidup yang penuh dengan peluang dan kemungkinan? Selamat mencoba.
Apakah anda termasuk orang yang bisa naik sepeda? Jika ya, maka pertanyaan berikutnya adalah, masih ingat ketika belajar naik sepeda? Bisa ya bisa tidak. Kebanyakan dari kita, ketika belajar, katakanlah naik sepeda, kita melakukan proses yang berulang-ulang dan terus menerus. Ketika belajar naik sepeda, banyak dari kita merasakan jatuh, bangun kembali, jatuh lagi, bangun dan mencoba kembali. Lama kelamaan, kita mampu dan bahkan beberapa dari kita seakan-akan menjadi sangat ”ahli” dalam bersepeda. Ketika sesuatu yang sama kita lakukan berulang, dan berulang, dan berulang terus, maka itu akan menjadi bagian dari kesadaran terdalam di pikiran kita. Beberapa ahli menyebutnya ”bawah sadar”. Kekuatan dari bawah sadar ini luar biasa sekali. Buktinya? Ketika sudah lama sekali kita tidak naik sepeda misalnya, begitu kita berada di atas sepeda kembali, maka tidak butuh waktu lama bagi kita untuk kembali akrab dengan keterampilan bersepeda tersebut bukan?
Nah, sama halnya dengan orang yang sudah (sangat) lama bekerja, apalagi mengerjakan sesuatu yang rutin dalam kesehariannya. Contohlah, seseorang yang sudah bertahun-tahun bekerja di sebuah kantor yang sama, dengan pola kerja yang sama, dengan rekan kerja yang juga sama. Semua kegiatan, pola, rasa, dan pikiran sudah begitu lekatnya masuk ke dalam ”bawah sadar” kita, sehingga tanpa butuh waktu lama kita bisa mengingatatau membayangkan situasi di kantor kita tersebut. Hal inilah yang mempengaruhi pola kita setiap hari, seolah olah, pikiran kita punya jam (kalender), yang alarmnya mengikuti pola yang sudah terbentuk (selama bertahun tahun tersebut). Katakanlah misalnya, jam 9 waktunya masuk, jam 12 waktunya makan siang, jam 5 waktunya pulang, tanggal 25 waktunya gajian, dll.
Muncul (biasanya) sebuah masalah, ketika kita, baik secara sengaja maupun tidak sengaja mengubah pola tersebut (pindah kerja, keluar, berwiraswasta, di PHK, dll), maka pola yang lama masih sangat kuat melekat. Tidak heran, apabila kita masih ”memegang” erat kebiasaan yang lama, sehingga seolah-oleh tertelan dalam ”Nostalgia” masa kejayaan. Ketika pola dalam pikiran kita itu begitu kuat, sehingga menghambat kita untuk bergerak maju, inilah yang kita sebut sebagai ”Post Power Syndrome”. ”Arwah Gentayangan” yang diceritakan itu sendiri merupakan bentuk ringan dari ”Post Power Syndrome”. Solusinya? Lakukan perubahan tujuan hidup, diam sejenak, berikan waktu bagi hati dan pikiran kita untuk me-rekondisi (bukan hanya negara yang bisa melakukan rekondisi kan..), cari tujuan baru, coba cara baru.
Bagaimana, siap untuk memulai sebuah hidup yang penuh dengan peluang dan kemungkinan? Selamat mencoba.
No comments:
Post a Comment