Pelatihan Telepathic Marketing


Di kehidupan sehari-hari, ada orang yang baru saja berkenalan, rasanya sudah sangat mengenal seperti sahabat lama yang baru saja ketemu kembali. Pembicaraan jadi cair, mengalir, dan hangat seolah keduanya memiliki pengalaman hidup yang sama, dan ingin berbagi seputar informasi yang mereka miliki. Semua informasi yang disampaikan rasanya natural, tanpa kesan dibuat-buat, dan menyenangkan.

Ada orang yang setiap harinya saling bertemu dalam satu ruang kerja, tetapi teramsa ada jarak. Saat terjadi dialog, pembicaraannya putus-putus, terkesan basa-basi dan dipaksakan. Sehingga ketika ingin berdialog, rasanya pengen dipersingkat saja seperlunya.

Kedua kondisi tadi menggambarkan, ternyata ada tipikal komunikasi dan factor di dalam diri kita, sedemikian rupa membentuk ikatan KIMIAWI yang saling tarik-menarik, ada pula yang saling bertolak belakang, seperti sifat dari kutub magnit. Dalam dunia Marketing, setiap penjual harus memilliki Kimia Komunikasi yang menarik minat mitra barunya sebanyak-banyaknya. Hal ini pula harus dilakukan dalam waktu yang singkat, efisien dan berdampak nyata pada revenue penjualan. Keahlian INSTAN untuk meraih perhatian dan deal dari CUSTOMER secepat dan sebanyak yang kita mau diajarkan melalui pelatihan ini.

Telepathic Marketing merupakan teknik komunikasi dua insan yang menggunakan kekuatan di dalam diri, yang mampu menarik orang lain (marketing charm), yang seringkali disejajarkan dengan kemampuan mempengaruhi melaui pikiran (telepathic), yang mampu menemukan motivasi dari dalam (compelling reason), serta mampu untuk bicara dengan efektif pada orang lain secara percaya diri.

Pelaksanaan : Indoor (simulasi, classroom)

Metode : Lecturing (Applied NLP & Hypnotherapy)

Waktu : 5 – 8 jam

Contact Person : Emma Dewang 08561076322

Email: htii.school@yahoo.com

Lihat kami di : www.htii.blogspot.com

Bela Sungkawa


SEGENAP KELUARGA BESAR HTII DAN 247 PRODUCTION MENGUCAPKAN BELA SUNGKAWA ATAS MENINGGALNYA MANTAN PRESIDEN RI KE 2

H.M SOEHARTO

SEMOGA AMAL IBADAH ALMARHUM DITERIMA ALLAH SWT, DAN KELUARGA YANG DITINGGALKAN DIBERI KEKUATAN DAN KETABAHAN

Anakku Takut Balon?


Pengakuan Ibu Atik - Slipi

Anak saya takut balon. Dia dia pernah mengalami kejadian pecahnya balon, sehingga dia trauma dengan suara pecahnya balon. Sekarang, dia tidak mau pergi ke acara apapun yang ada balonnya, karena takut balonnya meletus.

Jawaban Mas Kirdi Putra:

Kenapa trauma ini terjadi?

Trauma biasanya terjadi karena sebuah kejadian yang sangat mengejutkan, atau menimbulkan ledakan emosi yang berlebihan (misalnya, sedih, marah, atau takut).

Mengapa begitu? Mungkin sebelumnya kita perlu untuk mengetahui bagaimana pikiran kita bekerja. Ketika seseorang sedang mengalam lonjakan emosi yang tinggi, misalnya: pernahkah kita mungkin mengalami sebuah momen yang menyedihkan di masa lalu? Putus pacar, kehilangan orang yang dicintai, dll? Dan saat-saat itu mungkin ada lagu/musik yang sedang cukup sering kita dengarkan, yang buat kita mencerminkan perasaan kita saat itu? Baik, bila kita misalnya, setelah beberapa waktu (bulan atau tahun), sudah bisa mengatasi atau melupakan peristiwa itu. Apa yang terjadi apabila kita mendengar lagu/musik yang dulu pernah kita dengarkan tersebut? Terkadang, bila kesedihan itu (sebetulnya) belum selesai di pikiran kita, yang terjadi adalah muncul perasaan yang (mungkin) sama seperti yang pernah kita alami itu kan?

Atau misalnya, suatu hari, ketika kita sedang berada di bangku sekolah, tiba-tiba tanpa persiapan apapun, kita dipanggil untuk maju ke depan kelas. Apa yang kita rasakan saat itu? Terkejut, dan biasanya, kita akan selalu ingat momen-momen tersebut (seringkali jadi cerita-cerita lucu antar teman di masa sekarang).

Nah, dua ilustrasi itu secara sekilas menjelaskan bagaimana cara kerja pikiran kita merekam sebuah informasi. Pikiran kita mampu ”merekam” dan ”mengunci” informasi yang masuk secara ekstrim, yaitu yang terlebih dahulu mengalami lonjakan emosi atau terkejut. Hasil ”rekaman” peristiwa dan ”kuncian” perasaan yang terjadi itu, akan kembali ”diputar ulang” ketika ada kejadian atau hal-hal yang mengarah/ terkait pada peristiwa yang sama, penyebab ”rekaman” dan ”kuncian” tersebut.

Secara sederhana, kita dapat simpulkan bahwa ketika kita sangat emosional, atau sangat terkejut, maka apapun yang kita lihat, dengar, dan rasakan, akan mengalir seperti air bah, masuk ke pikiran bawah sadar kita. Secara refleks pikiran bawah sadar akan mengeluarkan rekaman peristiwa dan perasaan tersebut kembali ketika kita berada pada situasi atau peristiwa yang (hampir) sama.

Inilah konsep terjadinya trauma pada diri manusia..

Apakah trauma bisa disembuhkan? Bagaimana caranya?

Trauma merupakan proses yang sifatnya wajar dan natural, sehingga bisa kita sembuhkan. Bagaimana caranya? Cara yang sederhana adalah tetap dengan pendekatan seorang anak, bermain.

Dalam kasus ini, salah satu cara, misalnya kita bisa memulai dengan balon yang masih kempes, yang belum ditiup. Ajak anak bermain dengan balon yang masih kempes tersebut, sekedar untuk membiasakan pikiran bawah sadar anak kita terbiasa dengan balon, dan memasukkan nilai bahwa balon tidak berbahaya baginya.

Setelah ia mulai terbiasa, maka tambah intensitasnya dengan balon yang kita tiup (didepannya), hanya berisi sedikit udara (sehingga kalaupun pecah, tidak akan menimbulkan suara yang keras sekali). Buat percobaan bersama-sama dengan anak kita. Lepaskan balon tersebut, biarkan dia terlempar sedikit (karena udara keluar dari lubang tempat kita meniupnya), kemudian, bersama-sama melakukan percobaan kalau balon (yang berisi sedikit udara) itu, ditusuk dengan jarum. Ia akan pecah dengan suara yang kecil. Lakukan ini berulang-ulang.

Setelah ia mulai terbiasa, tambahkan kembali intensitasnya, dengan udara sedikit lebih banyak. Lakukan kembali seperti yang sebelumnya dilakukan. Begitu seterusnya. Bersabarlah ketika bermain, karena jika kita terburu-buru, justru hasil yang sebaliknya yang (mungkin) akan terjadi, yaitu justru traumanya terhadap balon tersebut akan dirasakan kembali, ketakutannya akan muncul. Jika ini terjadi, maka prosesnya harus kita mulai lagi, dan mungkin akan sedikit lebih sulit untuk membujuk anak kita untuk mau melakukannya kembali (karena ia ingat apa yang akan dilaluinya, ia sudah pernah mengikuti proses bersama kita).

Jadi, selamat menghilangkan trauma anak, percaya dan bermainlah...

Keindahan Bawah Laut


Keindahan Bawah Laut ... Kagumi Keindahannya

Keanekaragaman warna dan jenis penghuni bawah laut, tidak beda beragamnya dengan penghuni di daratan

Bila air-nya tercemar, maka semua-nya akan mati. Bila ada terumbu karang yang mati maka tidak tampak lagi keindahannya.

Bila hilang keindahannya, maka tidak ada lagi yang kita kagumi dan kita banggakan.

Kata Bijak

When you are in light, Everything will follow you....

But when you enter dark,

Even your shadow will not follow you......"

Happiness is not something you find, it's something you create..."


Mas Kirdi Putra Talks Show di Ramako

Masih sering bilang "CAPEK" kalo putus asa menghadapi masalah?
Tahu ga' kalo kata "CINTA" itu ga' hanya dipakai untuk mengungkapkan perasaan!

Ikuti Magic Word Bersama Kirdi Putra di Radio Ramako 105,8 FM Jakarta , hari Kamis, 24 Januari 2008, jam 07.00 - 08.00 Wib, dengan topik Capek VS Cinta

Kirdi Putra ON Air On WOman Radio - Jakarta


Apa iya berat badan bisa diatur sama Hypnoterapi?
Katanya dengan teknih Hypnos Slimming ...ehm apa sih itu?
Ada efek sampingnya kah ...

Ikuti semua Talkshow di Radio Woman 94,3 FM Jakarta, hari Selasa 22 Januari 2008 jam 16.00 - 17.00 Wib Bersama Kirdi Putra dari HTII

Efek Terima Kasih

  • Sebenarnya apa arti ucapan terima kasih itu?
  • Ada apa dibalik kekuatan Terima Kasih!
  • Efek terima kasih buat diri sendiri apa? Dan apa yang kita rasakan bila kita mengucapkan terima kasih buat diri sendiri?
  • Kaitannya dengan bisnis apa sih? Seberapa pengaruhnya
  • Kepada siapa saja kita harus ber Terima Kasih?
Dengarkan Kirdi Putra di Magic Word Ramako FM 105,8 FM Jakarta Kamis, 17 Januari 2008 jam 07.00 - 08.00
Live Streaming di www.ramakofm.com

A New Career, A Full Time Mom


(Dari Ibu Angga - Keb. Jeruk)

Saya baru saja melahirkan anak kedua saya sebulan yang lalu. Anak pertama saya berumur 5 tahun sekarang. Saat ini saya masih terdaftar sebagai karyawan di salah satu instansi swasta. Saya terpikir untuk mendedikasikan waktu saya sepenuhnya bagi kedua anak saya, sebagai ibu rumah tangga.

Apakah saya sanggup menjadi ibu rumah tangga yang baik, mengingat kebiasaan saya untuk bekerja dengan segala kesibukannya?Apa ya yang akan saya lakukan di rumah?

----------

Ini Jawaban Mas Kirdi:

A New Career, A Full Time Mom

Sebelumnya, saya mengucapkan selamat untuk ibu yang baru saja memutuskan untuk pindah ke tempat kerja dan posisi pekerjaan yang baru. Pekerjaan baru? Ya, dari full time employee, menjadi full time mom. Kalau dulu punya ”bos” di kantor, ya, sekarang juga masih punya ”bos” di rumah.. ya siapa lagi kalau bukan si kecil. Bukan suami? Lha, yang namanya kegiatan parenting kan pekerjaan berdua, bukan sekedar tanggung jawab dari istri atau ibu saja bukan? Lha wong buatnya aja berdua kan? Jadi masing-masing punya andil dalam membentuk anak dalam perkembangan dan pertumbuhannya, masuk akal kan? Kegiatan parenting menjadi kegiatan yang indah ketika kita.

Untuk menjalani karir baru ibu sebagai seorang ibu rumah tangga full time, sebenarnya sama saja seperti yang kita lakukan ketika kita pindah ke sebuah tempat pekerjaan baru, dengan posisi baru, dengan pekerjaan (job desc) yang juga baru. Karir baru yang menjadi pilihan ibu ini benar-benar dapat dipandang sebagai sebuah karir baru.

Kok bisa disebut karir baru?

Lho, coba kita lihat, sebuah pekerjaan memiliki beberapa faktor.

Faktor tanggung jawab. Di kantor kita punya tanggung jawab pekerjaan yang diberikan oleh atasan kita untuk kita kerjakan/ selesaikan. Di rumah kita juga punya tanggung jawab pekerjaan sehari hari, dari mengurus anak sampai mengatur berbagai urusan rumah tangga (mengkoordinasikan para pembantu, kalau kita punya pembantu, bukankah ini pekerjaan utk manager/ supervisor?)

Faktor disiplin. Di kantor kita punya disiplin waktu, entah waktu untuk hadir di kantor maupun pulang dari kantor, atau waktu untuk menyelesaikan tenggat pekerjaan kita (deadline). Di rumah kita juga harus disiplin terhadap diri kita, untuk mengurusi anak (waktu makan, waktu tidur, waktu bermain, dll), juga membagi waktu untuk keperluan rumah tangga lainnya.

Faktor investasi. Di kantor selain kita bekerja untuk mencari sesuap nasi (dan sepiring berlian?), kita sebenarnya juga sedang berinvestasi. Maksudnya? Bukankah kita sebenarnya sedang menginvestasikan waktu kita untuk belajar banyak hal-hal yang baru? Bukan sekedar rutinitas atau ketrampilan kita di kantor (yang berhubungan dengan pekerjaan utama kita), tetapi kita juga sedang berinvestasi untuk saling berhubungan antar teman, atasan-bawahan, vendor-klien, dll yang kita tidak dapatkan di bangku sekolah. Banyak sekali investasi yang sedang kita lakukan di kantor. Di rumah? Wah, luar biasa, kita sedang berinvestasi untuk belajar menghadapi anak, menghadapi pasangan kita, menghadapi berbagai kesulitan-kesulitan dan tantangan-tantangan baru. Investasi yang akan berbuah nantinya (ketika anak kita bertumbuh dan berkembang, ketika usia pernikahan kita mulai bertambah, dll).

Faktor remunerasi (bayaran). Di kantor selain kita belajar dan mencari pengalaman, tidak bisa disangkal, kita tetap membutuhkan uang untuk kita hidup kan? Nah, setelah kita bekerja, menjalankan semua tanggung jawab kita, maka biasanya di akhir bulan, rekening kita bertambah. Waktunya gajian, ini yang biasanya ditunggu-tunggu kan? Di rumah? Wah, ini luar biasa juga.. waktu gajiannya adalah ketika anak kita mulai belajar berjalan, ketika anak kita mampu mengatakan ”mama” atau ”papa” untuk pertama kalinya, atau ketika anak kita bercerita pada kita mengenai betapa bangganya ia di sekolah menceritakan ”mama” dan ”papa” nya. Masih belum cukup? Tunggu sampai ia beranjak dewasa, dan lulus dari sekolahnya dengan nilai yang membanggakan, tunggu sampai ia datang ke kita dan memperkenalkan ”calonnya” kelak. Kira-kira, bagaimana ya perasaan kita saat itu?

Jadi, jawaban untuk pertanyaan diatas adalah, ya, ibu bisa menjadi ibu rumah tangga yang baik. Caranya? Cukup dengan berpikir bahwa ini adalah karir yang baru, seperti halnya bekerja di kantor yang lama, sekarang, kantornya di rumah. Mudah kan?

Apa yang akan dilakulan di rumah?

Aduh, banyak sekali, ketika kita pindah kerjaan, bukankah kita juga masuk dan bekerja di tempat baru itu sambil belajar menyesuaikan diri? Nah, sama saja kan. Jadi? Putuskan, dan jalani dulu..

Bagaimana caranya saya membiasakan diri dengan hal-hal baru yang akan saya hadapi nantinya sebagai full time mom?

Ada pepatah, asa bisa karena biasa.. yang artinya? Segala hal itu lama kelamaan akan menjadi hal yang mudah dan biasa untuk kita kalau saja kita mau melatihnya, menjalaninya, dan semua itu berawal dari kemauan untuk memulainya.

Untuk pertanyaan ini, bagaimana cara membiasakan diri, banyak sekali jawaban yang muncul ketika ibu telah mulai menjalani karir baru ini. Banyak sekali orang yang menunggu jawaban muncul terlebih dahulu, baru memulai sesuatu berdasarkan jawaban itu. Bukan berarti hal ini salah, bahkan jika dilihat dari beberapa sudut pandang, justru ini jawaban yang dapat diandalkan. Kita sekedar ingin melihat dari sudut pandang yang berbeda.

Coba bayangkan, kalau kita memberanikan diri kita untuk melakukan apa yang sudah menjadi pilihan kita, yaitu dalam kasus ini, keluar dari pekerjaan saat ini, dan menjadi seorang ibu rumah tangga sepenuhnya. Maka, yang akan kita alami adalah beberapa keterkejutan-keterkejutan dan ketidaksiapan-ketidaksiapan kecil.

Seperti apa?

Seperti, hal-hal mengenai parenting, hubungan dengan anak yang sebelumnya kita tidak ketahui, bagaimana cara dia belajar, bagaimana kita terkejut atas pilihan kata-kata barunya (yang mungkin cukup ”mengejutkan” dan bisa membuat telinga kita memerah, dll), terkejut karena tindakan-tindakannya yang bisa membahayakan dirinya. Wah, banyak sekali.

Ini semua kita alami ketika kita sudah berpindah karir ke ibu rumah tangga sepenuhnya. Ketika kita sudah memutuskan untuk berkomitmen pada karir baru ini, maka segala halangan dan kesulitan itu, kita bisa lihat sebagai faktor investasi.

Investasi?

Ya, ketika kita bisa melalui semuanya, maka hasil yang akan kita peroleh nanti dikemudian hari, benar-benar layak untuk kita jalani sekarang.

Jadi caranya membiasakan diri? Masuk dulu ke karir yang baru ini, cara menyusul.

Kalau melakukan kesalahan?

Tidak ada tindakan yang benar kalau kita tidak pernah belajar dari kesalahan. Bukankah kesalahan tidak untuk ditakuti? Tapi di pelajari, dan menghasilkan sesuatu yang lebih benar? Lakukan segala sesuatu dengan tujuan yang benar, tetapi, tidak usah takut melakukan kesalahan. Bukankah Tuhan tidak akan memberikan kita ”ujian” yang tidak sanggup kita jalani? Bukankah kesalahan pasti punya solusi untuk mem”benar”kan kembali?

Jadi? Selamat menjalani karir yang baru...

Parenting Class On Air in WOman Radio 94,3 FM Jakarta


Ada Mas Kirdi Pura di Woman Radio Jakarta, hari Jum’at, 11 Januari 2008, jam 16.30 – 17.30
ngomongin Kenapa Komitmen (Selalu) Menjadi Kambing Hitam .

Kok ngomongin itu sih,
Hampir sekian persen perceraian di sebabkan oleh masalah komitmen yang dilanggar oleh salah satu pihak.

Orang keluar atau dikeluarkan dari kerjaan salah satu alasannya juga karena kurang komit atau tidak sesuai lagi dengan komitmen semula

Komitmen selalu dijadikan kambing hitam dalam setiap masalah, persoalan, dan tidak ada solusi yang jitu bila komitmen dilanggar.

Mas Kirdi And Pandji In Action

Suatu hari Acer, klien-nya PT.TEQUILA Indonesia ngajak Mas Kirdi Putra dan Pandji Pragiwaksono (penyiar Hardrock Fm Jakarta, dan presenter tv) untuk ngeramai-in acara Gathering-nya tgl 8 November 2007, di Wonderbar Taman Ria Senayan – Jakarta – Indonesia.

Nah, setelah selesai Mas Kirdi dan Pandji foto bareng, yang di tengah itu Emma Dewang. Habis bikin terpukau
rekan-rekan dari Acer dan Intel.

Eh, dua pria ini ternyata ga' mo kalah, mereka malah foto berdua lagi. Katanya sih
saling nge fans ...ehm ... maksudnya .... terserah deh ... yang pasti tukang fotonya harus super ekstra memotret karena mereka berdua tinggi, terutama Mas Kirdi yang tingginya ga' sopan, dan Pandji yang badanya lebih ga' sopan lagi alias gede ...(apa gendut yach .... gitu deh)

KEBIASAAN

Terkadang memang membingungkan kenapa sih sebuah kebiasaan itu susah banget hilangnya.. ada yang berkata, ”karena sudah kebiasaan, maka sudah nempel di otak..”, pertanyaannya adalah, bagaimana bisa nempel di otak sih?

Pertanyaan bagus, karena dengan kita mengerti bagaimana cara sebuah hal menempel di otak atau pikiran kita, berarti kita juga mampu memahami bagaimana caranya menghilangkan atau mengalihkan kebiasaan itu.

Otak dan pikiran manusia sangatlah kompleks, yang mampu menghadirkan hal-hal luar biasa di dalam hidup kita. Pikiran manuisa terbagi menjadi pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Apa itu pikiran sadar? Pikiran yang memberikan sumbangan terhadap apapun yang kita lakukan dengan kesadaran penuh, misalnya: menganalisa, menghitung angka yang rumit, dll. Apa itu pikiran bawah sadar? Pikiran yang memberikan sumbangan terhadap apapun yang kita lakukan tanpa kita sendiri menyadarinya (refleks), seperti: bernafas, refleks dalam olah raga (bulutangkis, tennis, dll), kebiasaan (kebutuhan akan rokok, malas, gigit jari, dll).

Sampai saat inipun, pikiran bawah sadar memang masih banyak menyimpan misteri. Ketika seseorang punya kebiasaan tertentu, misalnya menggigit jari, biasanya orang tersebut tahu bahwa kebiasaannya tersebut merugikan. Tetapi, perasaan dan kebiasaan yang sudah seringkali dilakukannya sangat sukar untuk diubah, karena berhubungan dengan refleks dan perasaan (nyaman saat kebiasaan itu dilakukan).

Nah, untuk mengubah sebuah kebiasaan inilah, kita perlu mengubahnya di pikiran bawah sadar seseorang. Ada banyak cara yang dapat kita gunakan untuk mengubah sebuah kebiasaan, salah satunya dengan menyadari kebiasaan tersebut.

Menyadari?

Ya, menyadari kebiasaan tersebut, dan tiap kali menyadarinya, maka katakan pada diri sendiri sebuah affirmasi (sugesti). Misalnya, ketika seseorang menyadari bahwa dirinya menggigit2 kuku, maka ia mengatakan pada dirinya ”saya nyaman dengan tangan saya jauh dari mulut dan gigi saya”. Itu kata-kata yang dikatakan pada dirinya terus menerus.

Akibatnya?

Pikiran bawah sadarnya perlahan lahan mulai menerima proses baru yang ditanamkan secara perlahan-lahan. Lalu? Tentu saja proses ini tetap membutuhkan waktu, tetapi hasilnya dapat dilihat juga akan perlahan-lahan menjadi suatu hal yang permanen.

Termukan kebiasaan yang tidak produktif dan mengganggu sekarang, dan selamat mengubahnya menjadi sesuatu yang produktif...

Testimoni Ibu Nita– Milis Anakku:

Diambil dari milis anakku@yahoogroups.com:

Dear parents,


Si adek umur 3,5 th sering sekali mengumpat dengan kata2 kasar seperti (maaf) BABI..!!!.

Kita sekeluarga udah pusing gimana caranya supaya dia gak ngomong begitu lagi. Mulai dari pura-pura gak denger, marah, sampe ngancam. Tapi gak ada perubahan. Please sharingnya dong... tks ya...

Nita

KIRDI PUTRA WROTE:(menjawab pertanyaan ibu Nita)

Anakku Suka Mengumpat

Anak saya (sekarang 3,5 tahun) suka mengumpat. Kata-katanya kasar kalau dia sedang marah.

Mengapa hal ini bisa terjadi?

Seru sekali ya, menjadi orang tua. Kita sebagai orang tua dihadapkan pada banyak dan berbagai masalah yang muncul diseputar anak-anak kita. Susah ? Bikin Stress? Ya kalau mudah, tidak ada tantangannya bukan? Terus, kenapa harus dibuat stress? Dinikmati, karena masa mereka kecil kan Cuma sekali, bukan tidak mungkin lho suatu saat kita merindukan saat-saat seperti ini.

Mengapa hal
seperti ini (umpatan, kata-kata kasar/kotor) bisa terjadi? Jawabannya sederhana. Ini disebabkan karena memang selayaknya seorang anak kecil menyerap apapun yang ada di sekitarnya, serta menirunya. Ini adalah sebuah anugrah yang diberikan oleh Tuhan, tetapi semua hal di dunia ini bersifat seimbang, selalu ada dua sisi yang terkait, positif dan negatif (seperti halnya ada hitam, ada putih, ada gelap, ada terang, dll). Kemampuan seorang anak untuk menyerap informasi dan nilai-nilai dari sekelilingnya dengan cepat, dapat berakibat positif maupun negatif, baik bagi dirinya maupun mempengaruhi lingkungannya. Nah, tugas kita sebagai orang tua, adalah mengarahkan informasi yang bisa diterima oleh anak kita, sekaligus
mengarahkan nilai-nilai yang ingin ditanamkan pada anak kita. Kedua hal ini (informasi dan nilai) dapat kita atur dan kendalikan, tetapi seringkali, justru banyak terjadi secara tidak kita sadari.

Misalnya? Ketika seorang anak berkata-kata kasar, mengumpat, dan menghardik, bisa dipastikan bahwa ia mempelajarinya dari lingkungan di sekitar tempat dia paling sering bermain, atau dari tayangan televisi yang paling sering ia lihat (seperti sinetron yang banyak menampilkan adegan-adegan yang kurang baik bagi anak kecil). Kemudian tahap selanjutnya, setelah anak "merekam" adegan-adegan atau kalimat-kalimat yang kasar itu di dalam pikiran bawah sadarnya, maka tahap berikutnya adalah ketika ia mengalami hal yang sama (seperti di kejadian yang direkamnya, baik ketika marah, sedih, dll), maka pikiran bawah sadarnya secara

langsung akan mengeluarkan isi rekaman tersebut.

Apakah si anak mengetahui arti dan nilai (kekasaran) dari kata-kata yang diucapkannya? Bisa jadi, tetapi lebih sering tidak. Mengapa? Karena semua itu terjadi secara refleks, dengan proses: Rekam (kata-kata), Situasi sama? Keluarkan Rekaman.

Itu yang sebenarnya terjadi di dalam pikiran si anak kecil. Mengapa dia secara refleks mengeluarkan kata-kata seperti itu? Karena anak kecil (apalagi usia 3,5 tahun) masih dalam tahap eksplorasi, untuk menambah perbendaharaan (database) tentang dunia ini di pikirannya (yang kemudian digunakan untuk membentuk persepsi tentang dunia). Nah, mekanisme pikiran bawah sadar anak tersebut, ketika sebuah informasi atau nilai sudah masuk, maka yang terjadi adalah ketika ada kondisi/ keadaan yang sama ketika rekaman itu masuk (misalnya adegan kemarahan, dll), maka rekaman itulah yang akan diakses (secara refleks tentu saja) oleh pikiran si anak (walaupun misalnya ia belum tahu arti dari kata-kata tersebut). Nah, tugas kitalah sebagai orang tua untuk memberikan nilai dan pengertian dari kata-kata tersebut.

  • Susah ? Belum tentu, tidak mudah? Iya, prinsipnya tetap: kalau cara yang sudah kita lakukan belum berhasil, coba cara yang lain/berbeda.
  • Kita tidak bisa mengharapkan cara yang sama menghasilkan hasil yang berbeda bukan?
  • Apa yang harus saya lakukan? (apakah saya harus marah, mendiamkan, atau pura-pura tidak tahu)
Tentu saja sebagai orang tua, kita berhak merasa bingung, marah, sedih, apapun.. lha wong kata-kata yang menurut kita kasar itu diucapkan oleh seorang anak kecil, yang (mungkin) tidak tahu arti dan efek dari kata-kata itu.

Ya, itu kuncinya, anak kita MUNGKIN bahkan tidak tahu arti dan efek dari kata-kata umpatan yang diucapkannya.

Jadi, kitalah sebagai orang tua, yang punya kewajiban untuk mengarahkan nilai kata-kata yang anak kita ucapkan. Coba sebelum kita lanjutkan, kita bayangkan bahwa kita berada dalam posisi anak kita (pernah mengalami masa kecil kan ?). Apa yang kita rasakan kalau kita mengucapkan atau melakukan sesuatu yang kita belum tahu itu benar atau salah (dilakukan karena proses mencari tahu), kemudian kita dimarahi atau bahkan dihukum untuk itu? Bagaimana rasanya? Apakah menurut kita itu adil?

Akan muncul berbagai macam perasaan seperti itu di dalam pikiran anak kita. Harap diingat, hindarkan untuk mengucapkan kata-kata "dulu waktu saya kecil saya tidak seperti itu", atau misalnya "dulu kalau saya yang berkata seperti itu, pasti saya sudah dihukum berat". Mohon dimengerti, memang ada nilai-nilai yang sifatnya kekal (berbuat baik, berkata-kata lembut, dll), tetapi zaman juga sudah berbeda, kemampuan dan daya tangkap anak berubah, sumber informasi juga bertambah (sangat) banyak. Saya jadi ingat, waktu jaman saya kecil, hanya ada satu channel TV, TVRI, setiap hari... sekarang? Waduh, belum kalau ditambah TV Cable, radio, majalah, dan internet.. kita dibanjiri jutaan informasi tiap harinya. Coba bayangkan, apakah kita masih akan menggunakan cara-cara "tempo doeloe" di dunia yang makin modern? Belum tentu semua cara yang sama, akan berakibat yang sama pula.

Jadi, apa yang sebaiknya dilakukan? Begini, daripada anak kita merasa semakin mengulangi kata-katanya (karena merasa mendapat perhatian ketika mengucapkan umpatan dll tersebut), kita bisa hilangkan nilai perhatian yang diperolehnya. Mohon diingat, yang dihilangkan adalah nilai PERHATIANNYA, bukan didiamkan. Salah satu caranya? Ketika dia mulai melakukan hal yang sama (mengumpat, mencela, dll), berikan respon yang berbeda (dari yang diharapkan atau direkam di dalam pikiran bawah sadarnya), misalnya, kita justru tertawa tiap kali ia mengumpat. Selagi kita menertawai umpatannya, kita bisa bertindak (seolah-olah) kata-kata tersebut tidak berefek apapun pada kita.

Mau tahu yang terjadi di pikiran sang anak? Hang. Mengapa? Karena pola di kepalanya adalah ketika ia mengucapkan kata-kata itu, maka respons yang didapat adalah perhatian (entah dalam bentuk kemarahan, dll).

Jadi, ketika respon nya berbeda, yang terjadi, pikirannya akan memprogram ulang dirinya sendiri, dan mulai meninggalkan penggunaan umpatan-umpatan tersebut.

Lho, tidak dikasih tahu bahwa kata-kata itu salah dan kasar? Coba saja kita letakkan kembali diri kita di pada posisi anak kita. Apakah (kira-kira) kita saat seusia 3,5 tahun, mampu menyerap secara lengkap penjelasan mengenai baik dan buruk, sedangkan setiap hari, kita di bombardir dengan informasi (TV, Radio, lingkungan) yang seperti itu terus? Yang terjadi kemungkinan adalah pertentangan yang terus menerus di pikirannya, atau justru makin terlihat menentang kita.

Jadi, ajari perlahan-lahan mengenai baik dan buruk, dengan contoh dan pengalaman langsung, seiring dengan makin bertambahnya usia anak kita, kita mampu beritahukan (secara) mana yang baik dan benar lewat kata-kata.

Jadikan waktu kita dengan anak kita adalah eksplorasi bersama-sama dengan mereka, hadapi dengan fun.. selamat bereksperimen. .

Dan ini TESTIMONI dari Ibu NITA

Subject: RE: [anakku] Re: anakku suka mengumpatDate: Mon, 3 Sep 2007 11:48:28To:"Fatimah Dewang +0700From:"Anastuty K."

Bu Fatimah yang baik,

Terima kasih sekali input-annya…. Ini pengetahuan yang baru buat saya, bahwa otak anak itu seperti computer, yang bisa merekam dan bisa dihilangkan rekemanannya. Saya pikir sekali sudah terekam, maka selamanya akan ada diotak mereka.

Sekali lagi terima kasih.,..mudah2 an kami sekeluarga bisa menerapkannya..

Salam kenal

Nita

Testimoni Ibu Eel – Jakarta Selatan:

“SAYA tidak tau sejak kapan menderita pobia keramaian, tapi yang terasa mengganggu adalah sekitar 3-4 terakhir. Yang terparah adalah keramaian di tengah kemacetan. Apalagi jika sudah banyak dikelilingi motor, dan macet tidak bergerak lebih dari 20 menit, sudah pasti tangan dan kaki terasa dingin kemudian berdebar2, sakit perut, panik, dan ingin segera keluar dari kendaraan dan berlari sejauh mungkin dari situasi tsb. Saat kondisi spt ini saya sulit diajak bicara, kalaupun orang lain tetap mengajak saya bicara, saya malah akan marah2. Atau ketika saya tau didepan ada kemacatan, maka dengan panik saya akan secepatnya putar arah. Setelah 3 - 4 kali hipnoterapi, walau belum maksimal, namun waktu demi waktu saya mulai merasakan ada perubahan (menurut mas kirdi, memang tidak bisa instan tetapi akan terbuka sedikit demi sedikit, seiring berjalannya waktu dan keinginan yg kuat dari penderita). Beberapa waktu yg lalu saya sendiri tersentak dengan ketenangan saya di tengah kemacetan dan tidak kepikiran utk putar arah seperti biasanya.”

SEBUAH CARA

SELAMAT!!!! ANDA BERUNTUNG!!!

SEBUAH CARA & TEKNIK MUDAH UNTUK MEMPENGARUHI ORANG LAIN!!!


Mengapa banyak yang telah berkali-kali belajar untuk mempengaruhi orang lain, tetapi sepertinya tetap sulit untuk melakukannya?


Mengapa banyak yang sepertinya sulit sekali untuk bisa mendapatkan apa yang diinginkannya?


KARENA MEREKA TIDAK MENGETAHUI RAHASIANYA!!!


Bagaimana rasanya ditolak oleh orang yang anda sayangi?


Bagaimana rasanya gagal dalam penjualan?

Bagaimana rasanya karir terhambat karena atasan yang tidak menyukai anda di kantor?

Bagaimana rasanya mengendalikan anak yang sulit?

TIDAK LAGI!!!

Coba bayangkan! Ada cara yang lebih cepat, lebih mudah, dan masuk akal yang bisa membuat anda sampai pada kemampuan mempengaruhi orang lain seperti yang anda INGINKAN...

Jadikan diri anda tidak dapat ditolak, dalam marketing, negosiasi, hubungan dengan pasangan, dan lainnya...

CARANYA?

Hubungi:

Fitri - 021 7397916

Utk pelatihan yang akan mengubah hidup anda, sekali untuk selamanya!!!

COBA BAYANGKAN, INVESTASI SEKALI UNTUK SEUMUR HIDUP !!!!!

HASIL DIJAMIN, TUNGGU APA LAGI?

Mas Kirdi Putra di Ramako 3 Januari 2008

Nama Radio : Ramako

Pelaksanaan : Hari Kamis, 3 January 2008

Jam : 07.00 – 08.00

Siaran : Live

Tempat : Studio Ramako

Narasumber : Kirdi Putra, CHI, CHT

Judul :“focus on solution? And not the problem? How?

Pendahuluan

Apa itu Magic Word

Seberapa Kuat “Word” bagi diri kita

Siapa Kirdi putra

Apa? Dari mana?

Founder dari HTII, STAP

(Segala pertanyaan off air bisa langsung )

Isi

Magic Word Hari ini: “Masalah”

Mengapa kata-kata “masalah” bisa membawa MASALAH

Bagaimana caranya kata-kata ”indah” dan ”bijak” tidak kemudian menjadi sekedar Cuma kata-kata?

Kenapa sekedar kata-kata tapi berpengaruh?