A New Career, A Full Time Mom


(Dari Ibu Angga - Keb. Jeruk)

Saya baru saja melahirkan anak kedua saya sebulan yang lalu. Anak pertama saya berumur 5 tahun sekarang. Saat ini saya masih terdaftar sebagai karyawan di salah satu instansi swasta. Saya terpikir untuk mendedikasikan waktu saya sepenuhnya bagi kedua anak saya, sebagai ibu rumah tangga.

Apakah saya sanggup menjadi ibu rumah tangga yang baik, mengingat kebiasaan saya untuk bekerja dengan segala kesibukannya?Apa ya yang akan saya lakukan di rumah?

----------

Ini Jawaban Mas Kirdi:

A New Career, A Full Time Mom

Sebelumnya, saya mengucapkan selamat untuk ibu yang baru saja memutuskan untuk pindah ke tempat kerja dan posisi pekerjaan yang baru. Pekerjaan baru? Ya, dari full time employee, menjadi full time mom. Kalau dulu punya ”bos” di kantor, ya, sekarang juga masih punya ”bos” di rumah.. ya siapa lagi kalau bukan si kecil. Bukan suami? Lha, yang namanya kegiatan parenting kan pekerjaan berdua, bukan sekedar tanggung jawab dari istri atau ibu saja bukan? Lha wong buatnya aja berdua kan? Jadi masing-masing punya andil dalam membentuk anak dalam perkembangan dan pertumbuhannya, masuk akal kan? Kegiatan parenting menjadi kegiatan yang indah ketika kita.

Untuk menjalani karir baru ibu sebagai seorang ibu rumah tangga full time, sebenarnya sama saja seperti yang kita lakukan ketika kita pindah ke sebuah tempat pekerjaan baru, dengan posisi baru, dengan pekerjaan (job desc) yang juga baru. Karir baru yang menjadi pilihan ibu ini benar-benar dapat dipandang sebagai sebuah karir baru.

Kok bisa disebut karir baru?

Lho, coba kita lihat, sebuah pekerjaan memiliki beberapa faktor.

Faktor tanggung jawab. Di kantor kita punya tanggung jawab pekerjaan yang diberikan oleh atasan kita untuk kita kerjakan/ selesaikan. Di rumah kita juga punya tanggung jawab pekerjaan sehari hari, dari mengurus anak sampai mengatur berbagai urusan rumah tangga (mengkoordinasikan para pembantu, kalau kita punya pembantu, bukankah ini pekerjaan utk manager/ supervisor?)

Faktor disiplin. Di kantor kita punya disiplin waktu, entah waktu untuk hadir di kantor maupun pulang dari kantor, atau waktu untuk menyelesaikan tenggat pekerjaan kita (deadline). Di rumah kita juga harus disiplin terhadap diri kita, untuk mengurusi anak (waktu makan, waktu tidur, waktu bermain, dll), juga membagi waktu untuk keperluan rumah tangga lainnya.

Faktor investasi. Di kantor selain kita bekerja untuk mencari sesuap nasi (dan sepiring berlian?), kita sebenarnya juga sedang berinvestasi. Maksudnya? Bukankah kita sebenarnya sedang menginvestasikan waktu kita untuk belajar banyak hal-hal yang baru? Bukan sekedar rutinitas atau ketrampilan kita di kantor (yang berhubungan dengan pekerjaan utama kita), tetapi kita juga sedang berinvestasi untuk saling berhubungan antar teman, atasan-bawahan, vendor-klien, dll yang kita tidak dapatkan di bangku sekolah. Banyak sekali investasi yang sedang kita lakukan di kantor. Di rumah? Wah, luar biasa, kita sedang berinvestasi untuk belajar menghadapi anak, menghadapi pasangan kita, menghadapi berbagai kesulitan-kesulitan dan tantangan-tantangan baru. Investasi yang akan berbuah nantinya (ketika anak kita bertumbuh dan berkembang, ketika usia pernikahan kita mulai bertambah, dll).

Faktor remunerasi (bayaran). Di kantor selain kita belajar dan mencari pengalaman, tidak bisa disangkal, kita tetap membutuhkan uang untuk kita hidup kan? Nah, setelah kita bekerja, menjalankan semua tanggung jawab kita, maka biasanya di akhir bulan, rekening kita bertambah. Waktunya gajian, ini yang biasanya ditunggu-tunggu kan? Di rumah? Wah, ini luar biasa juga.. waktu gajiannya adalah ketika anak kita mulai belajar berjalan, ketika anak kita mampu mengatakan ”mama” atau ”papa” untuk pertama kalinya, atau ketika anak kita bercerita pada kita mengenai betapa bangganya ia di sekolah menceritakan ”mama” dan ”papa” nya. Masih belum cukup? Tunggu sampai ia beranjak dewasa, dan lulus dari sekolahnya dengan nilai yang membanggakan, tunggu sampai ia datang ke kita dan memperkenalkan ”calonnya” kelak. Kira-kira, bagaimana ya perasaan kita saat itu?

Jadi, jawaban untuk pertanyaan diatas adalah, ya, ibu bisa menjadi ibu rumah tangga yang baik. Caranya? Cukup dengan berpikir bahwa ini adalah karir yang baru, seperti halnya bekerja di kantor yang lama, sekarang, kantornya di rumah. Mudah kan?

Apa yang akan dilakulan di rumah?

Aduh, banyak sekali, ketika kita pindah kerjaan, bukankah kita juga masuk dan bekerja di tempat baru itu sambil belajar menyesuaikan diri? Nah, sama saja kan. Jadi? Putuskan, dan jalani dulu..

Bagaimana caranya saya membiasakan diri dengan hal-hal baru yang akan saya hadapi nantinya sebagai full time mom?

Ada pepatah, asa bisa karena biasa.. yang artinya? Segala hal itu lama kelamaan akan menjadi hal yang mudah dan biasa untuk kita kalau saja kita mau melatihnya, menjalaninya, dan semua itu berawal dari kemauan untuk memulainya.

Untuk pertanyaan ini, bagaimana cara membiasakan diri, banyak sekali jawaban yang muncul ketika ibu telah mulai menjalani karir baru ini. Banyak sekali orang yang menunggu jawaban muncul terlebih dahulu, baru memulai sesuatu berdasarkan jawaban itu. Bukan berarti hal ini salah, bahkan jika dilihat dari beberapa sudut pandang, justru ini jawaban yang dapat diandalkan. Kita sekedar ingin melihat dari sudut pandang yang berbeda.

Coba bayangkan, kalau kita memberanikan diri kita untuk melakukan apa yang sudah menjadi pilihan kita, yaitu dalam kasus ini, keluar dari pekerjaan saat ini, dan menjadi seorang ibu rumah tangga sepenuhnya. Maka, yang akan kita alami adalah beberapa keterkejutan-keterkejutan dan ketidaksiapan-ketidaksiapan kecil.

Seperti apa?

Seperti, hal-hal mengenai parenting, hubungan dengan anak yang sebelumnya kita tidak ketahui, bagaimana cara dia belajar, bagaimana kita terkejut atas pilihan kata-kata barunya (yang mungkin cukup ”mengejutkan” dan bisa membuat telinga kita memerah, dll), terkejut karena tindakan-tindakannya yang bisa membahayakan dirinya. Wah, banyak sekali.

Ini semua kita alami ketika kita sudah berpindah karir ke ibu rumah tangga sepenuhnya. Ketika kita sudah memutuskan untuk berkomitmen pada karir baru ini, maka segala halangan dan kesulitan itu, kita bisa lihat sebagai faktor investasi.

Investasi?

Ya, ketika kita bisa melalui semuanya, maka hasil yang akan kita peroleh nanti dikemudian hari, benar-benar layak untuk kita jalani sekarang.

Jadi caranya membiasakan diri? Masuk dulu ke karir yang baru ini, cara menyusul.

Kalau melakukan kesalahan?

Tidak ada tindakan yang benar kalau kita tidak pernah belajar dari kesalahan. Bukankah kesalahan tidak untuk ditakuti? Tapi di pelajari, dan menghasilkan sesuatu yang lebih benar? Lakukan segala sesuatu dengan tujuan yang benar, tetapi, tidak usah takut melakukan kesalahan. Bukankah Tuhan tidak akan memberikan kita ”ujian” yang tidak sanggup kita jalani? Bukankah kesalahan pasti punya solusi untuk mem”benar”kan kembali?

Jadi? Selamat menjalani karir yang baru...

No comments: