Cerpen Puasa

Berpuasa


“Aduuh… gak tahan deh, panas banget hari ini… buka setengah hari aja yuk..” kata Lani pada


sahabatnya, “mending bayar hari lain aja deh puasanya, beneran deh, hari ini rasanya gak tahan banget”.


Sahabatnya, Puput, hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum, sambil berkata, “Lani, kan kalo di hari


biasa, kita gak bareng-bareng puasanya.. terasa lebih berat lho..”.



Dua wanita muda yang saling bersahabat itu sedang berada di kantor mereka, dimana keadaan hari itu memang


agak lebih panas daripada hari-hari lainnya, sementara pendingin udara (AC) terasa kurang bekerja secara


optimal.


aku tahu sih, kalo puasa kita bisa full.. lebih afdol.. lebih oke rasanya.. tapi kan kita juga gak boleh


maksain, bener gak hayoo?”, Lani masih bersikeras. Puput kembali menimpali, “iya.. bener, yang bilang


harus maksain siapa.. silahkan aja kalau mau berbuka sekarang, gak ada yang ngelarang kok… urusan


ibadah, puasa, shalat, itu kan urusan kamu sama yang diatas”, “jadi kalau kamu memang merasa


bener-bener gak kuat, yah lakukanlah.. berbuka sana.. daripada puasa tapi ngeluh terus”, imbuh Puput


sambil masih tersenyum, “sebelum kamu berbuka, memangnya kamu tahu nggak, gunanya puasa?”.



Lani memandang Puput dengan terheran-heran, “maksud loh????”, “emangnya aku anak kecil!!! ya iyalah


aku tahu… kita puasa karena memang kita disuruh puasa, rukun Islam yang ke 3, paling nggak itu yang


aku percaya.”. Puput kembali menimpali, “jadi cuma itu aja?”.




Lani memandang Puput dengan terheran-heran, “CUMA??? Masak rukun Islam ke 3


dianggap Cuma sih???”. “Lho, bukannya kamu yang tadi mau berbuka, katanya


rukun Islam ke 3?”, kata Puput dengan nada menggoda. “ihhhh… kok jadi dibalikin ke aku sih.. tapi iya


juga ya.. mmm.. tadi kamu bilang Cuma, memang yang lainnya apa?”, Lani mulai menurunkan nada


suaranya.




Puput kemudian mengambil posisi duduk lebih santai. Lani tahu, ketika Puput mengambil posisi seperti itu,


dengan punggung disandarkan ke kursinya, kedua kaki disilangkan sambil diluruskan, serta kedua jari-jemari


tangannya dikatupkan dan secara santai diletakkan di atas pinggangnya, maka ia telah siap dengan sebuah


penjelasan yang panjang, tetapi biasanya berdasarkan fakta dan pengalaman yang penting.




begini”, puput memulai kata-katanya, sementara Lani juga mengubah posisi duduknya lebih santai. “ketika kita


menjalani ibadah puasa, banyak sekali hal-hal yang menjadi satu kesatuan paket, yang semuanya


memang dirangkum sebagai hukum Islam yang ke 3”, “walaupun, sebenarnya, siapapun yang ikut


melakukan puasa tersebut juga dapat mengambil keuntungan dan hikmahnya”, Puput melanjutkan,


dengan berpuasa, kita sebenarnya sedang mengambil tiga keuntungan sekaligus bagi diri kita sendiri di


dunia…”. “pasti salah satunya pahala untuk kita kan??”, Lani memotong dengan tidak sabar. “aduuuhh..


cantiiiikk… sabar dulu kenapa sih…”, Puput berkata kembali, “pahala untuk tabungan di akhirat itu sudah


pasti… yang aku maksud, tiga keuntungan yang langsung dan kontan kita peroleh ketika kita selesai


menjalankan puasa itu sendiri…”.




Lani sedikit tertegun, kemudian perlahan ia berkata “wah, kalo yang itu, aku gak pernah tahu atau mikirin


tuh… setahu aku hanya bahwa dari kecil, aku dilatih untuk berpuasa karena menjalankan ibadah.. itu


aja..”.




Puput melanjutkan “yaa… karena itulah kemudian dikatakan, bahwa orang yang percaya (beriman) dan


berilmu memiliki tempat yang lebih tinggi”, “jadi, buka pikiran selalu, dengan bertanya pada diri sendiri


dan berpikir, selalu cari kebenaran dengan pikiran terbuka.. apa yang kita sudah percayai sebelumnya,


bisa saja ternyata bisa dilihat dengan cara yang berbeda..”, kemudian ia terdiam sebentar, menarik nafas dan


melanjutkan kembali “kembali ke topik puasa ya… tiga keuntungan dan hikmah bagi kita, ketika kita


berpuasa itulah yang juga bisa membuat kita mengerti mengapa Tuhan memerintahkan kita untuk


berpuasa…”. “maksudnya?”, Lani memotong, dengan wajah yang terlihat bingung, “gimana sih, kok aku jadi


makin nggak ngeh nih..”.




makanya dengerin dulu, cantik.. jangan dikit-dikit dipotong..”, Puput kembali melanjutkan, “Tuhan kan


gak suka kemubaziran.. kesia-siaan.. jadi, selain berupa ibadah, pasti dong, ada nilai tambah lainnya, iya


nggak? Masuk akal kan?”. Lani hanya mengangguk-angguk, masih berusaha mencerna semua kata-kata Puput,


sahabatnya itu.




Puput kembali berkata, “tiga hal yang merupakan nilai tambah dari berpuasa, yang dapat kita rasakan


langsung antara lain adalah:



yang pertama… detoksifikasi tubuh kita, dimana tubuh kita membuang endapan racun-racun yang


selama ini masuk melalui apa yang kita makan, kan gak semuanya zat-zat yang masuk ke tubuh kita itu


sehat kan?”, Puput dengan serius melanjutkan, “ketika kita berpuasa, maka tubuh akan mengambil


cadangan tenaga yang disimpan dalam bentuk lemak di tubuh kita, dan proses itu juga membuat


berbagai endapan yang bisa berbahaya di tubuh kita terlepas.. nah, itulah saat metabolisme tubuh kita


mulai membuang zat-zat racun itu, yang terlarut bersama lemak dan air.”. “dikeluarkan lewat mana?”,


tanya Lani yang terlihat sudah mulai bisa mengikuti arah pembicaraan Puput. “lewat mana? Ya tentu saja lewat


tempat-tempat biasanya.. masak perlu diajarin sih kalo yang kayak gini… bisa ketika kita buang air kecil


atau besar, atau lewat keringat..”, jawab Puput sambil menahan tertawa, “itulah sebabnya kenapa ketika


kita berpuasa, sebetulnya kita lebih baik tetap beraktivitas, biar ketika kita selesai berpuasa,


metabolisme tubuh kita juga telah mengeluarkan sebagian besar endapan racun ditubuh kita.”. Lani masih


mendengarkan sambil mengangguk-angguk.




kedua… kita membentuk pola baru di tubuh dan pikiran kita…”, Puput kembali melanjutkan, “maksudnya


gimana? Biasanya kan kalau tahun baru, katanya kita harus buat resolusi baru.. harus buat sebuah


kebiasaan baru yang positif, dan hilangkan kebiasaan lama yang negatif..iya kan?”. Lani menjawab, “iya,


tapi apa hubungannya dengan puasa?”. “Nah, hubungannya adalah, seringkali kita gagal untuk


menghilangkan kebiasaan-kebiasaan lama tersebut, misalnya, ada yang mau berhenti merokok, ada yang


mau berhenti malas, ada yang mau berhenti ini dan itu..”, lanjut Puput, “kebiasaan itu, susah diubah


karena pikiran dan badan kita sudah terprogram dalam waktu yang panjang.. nah, kalo kita mau


mengubah program itu, kita butuh untuk memberikan pikiran dan badan kita sebuah program yang


cukup ekstrim dalam waktu yang rada panjang.. katakanlah sebulan..”. “jadi maksud kamu, dengan


puasa, kita bisa sambil buat program baru, biar menggeser program lama kita, gitu maksud kamu?”,


Lani kembali masuk dalam pembicaraan. “Itu dah tahu, gitu dong.. selain cantik.. juga pinter”, Puput memuji.



Sambil tersipu-sipu, Lani berkata “ihhh.. kan kamu yang lebih pinter.. aku kan Cuma ngikutin logika yang


kamu bilangin aja”, dia mencoba untuk merendah. “eh.. kalo dipuji itu artinya di kasih doa, jangan


ditolak.. bilang aja terima kasih, kan beres.. doa kamu didenger, trus beneran deh dikasih cantik dan


pinter”, kata Puput. “Iya-iya, terima kasih tuan putri yang juga cantik dan pinter”, Lani menunduk memberi


hormat. Tawa merekapun pecah berderai. “nerusin yang tadi”, Puput kembali melanjutkan penjelasannya,


ketika selama puasa kita mampu menciptakan pola berjuang, dengan menahan lapar, haus, dan emosi


negative, maka sebetulnya, kita sedang melatih hati dan pikiran kita, untuk bisa berjuang mengubah


kebiasaan apapun yang kita ingin ubah… bisa dilihat hubungannya kan? Ketika kita kuat untuk


mencapai suatu tujuan, yaitu berbuka di sore hari, dan hari lebaran setelah berpuasa satu bulan, maka


kita sebetulnya sudah melatih diri kita dengan sebuah perangkat perjuangan.. untuk kita bisa gunakan


mengubah kebiasaan-kebiasaan yang ingin kita ubah.”. Lani masih menangguk-angguk. Puput melanjutkan


lagi, “itulah yang aku sebut tadi, sebagai sarana untuk mengubah pola pikir, untuk mempersenjatai


kembali pikiran dan hati kita, supaya mampu berjuang menjalani bulan-bulan selain bulan


puasa..gitu…”. Lani tersenyum, mengangguk pasti tanda setuju.




nah, yang ketiga.. puasa bisa kita gunakan untuk sarana goal setting, menanamkan tujuan yang ingin


kita raih..”, lanjut Puput, “kita bisa niatkan di dalam hati, misalnya, kalau puasa saya lengkap, maka


kehidupan saya akan lebih baik secara ekonomi”. “tapi kan puasa itu karena Tuhan, masak kita pakai


untuk syarat perbaikan ekonomi sih??”, protes Lani.




cantik… Tuhan itu Maha Tahu, Maha Tinggi, Maha Kuasa… kita gak menyembah Dia pun, tidak akan


berkurang sedikitpun kekuasaanNya..”, lanjut Puput sambil tersenyum, “jadi ketika kita menjalankan


perintahNya, karena Tuhan itu Maha Baik dan juga fleksibel, moment ini sebenarnya juga masuk dalam


paket yang bisa kita lakukan bersama-sama..”. “dan bukankah agama itu diturunkan sederhana, jangan


dipersulit.. gak boleh tuh hukumnya… semua aturan itu dibuat untuk kebaikan kita sendiri sebagai


manusia..di dunia ataupun akhirat”, imbuh Puput, “jadi, ketika kita memanfaatkan puasa ini juga untuk


memprogram pikiran kita sendiri, agar kita mampu lebih giat bekerja, lebih banyak berderma, lebih


mampu mengerti perasaan orang lain.. kan semuanya itu bisa bawa kebaikan juga buat karir dan bisnis


kita kan?”, “jadi apa salahnya? Justru dengan itu, kita jadi lebih bersemangat, baik semangat


mengumpulkan pahala, maupun untuk meraih keberhasilan di dunia.. kan katanya beribadahlah


seolah-olah kita akan mati besok, dan bekerjalah seolah-olah kita akan hidup selamanya..” kata Puput


sambil tersenyum.




memangnya apa bedanya kalau kita membuat program untuk keberhasilan di bulan puasa dengan di


bulan-bulan biasanya?”, Lani mulai bisa mengikuti kembali. “bedanya adalah”, kata Puput, “otak kita


bekerja dengan sebuah logikanya sendiri, yang kita sebut sebagai logika bawah sadar.. ketika kita


menetapkan sebuah program seperti itu, maka setelah kita berjuang, maka otak kita akan mencari cara


supaya kita memperoleh reward/hadiah untuk kita”. “nah, kalau kita sudah program duluan di awal apa


yang akan menjadi reward/hadiah kita, kan lebih spesifik, lebih tajem.. jadi bisa lebih cepat jadi


kenyataan kan?”, Puput melanjutkan.




mmm.. masak sih gitu?”, Lani masih terbenam dalam keraguannya. Puput memandang Lani yang masih ragu,


dan melanjutkan “gini, pernah beli barang, misalnya HP, trus pas tanya-tanya, kita disuguhi minuman oleh


si penjual barangnya.. penjual HP nya.. pernah kan?”. “iya pernah, trus?”, kata Lani. “ketika kamu


disuguhi minuman itu, saat itu juga hati dan pikiran kamu berusaha untuk memberikan reward/hadiah


atas perjuangan yang dilakukan oleh si penjual, sehingga muncul rasa nggak enak kalau misalnya kamu


beli HPnya di tempat lain, bener nggak hayoo?” Puput bertanya pada Lani. “iya sih.. bener banget.. aku


jadi buat alasan, lebih tepatnya pembenaran, entah aku mikir kalo paling beda harganya juga dikit di


tempat lain, atau ah beli disini aja, orangnya baik, atau yang lainnya..”.




Puput tersenyum kembali, dan menimpali “itu yang aku maksud tadi, ketika kita berjanji pada dari kita


sendiri, setelah kita berjuang penuh selama 30 hari, maka kita dapet sebuah hadiah, misalnya perbaikan


keuangan, atau dapet pacar baru misalnya..”. “ihhh.. apaan sih..”, ujar Lani sambil tersipu-sipu dan


mencubit Puput. “lho.. mungkin aja kalo kamu buat program kayak gitu, dateng pacar baru yang lebih


baik dari yang sebelumnya kan?”, Puput semakin menggoda Lani.




tauk ah..”, kata Lani, “jadi intinya, kalau kita percaya, bahwa Tuhan itu baik dan Bantu kita, maka kita


tinggal berjuang, untuk memprogram ulang hati dan pikiran kita, untuk bisa meraih yang kita mau dan


programkan tadi, gitu?”. “kira-kira gitu deh… katakan saja, Tuhan bekerja pada diri kita dengan


hukumnya.. hukum alam yang berlaku.. dimana kita sebenarnya sudah dikasih perangkat luar biasa


untuk bisa menerima perubahan dan pencapaian tersebut.. otak kita.. nah, cara mengaktifkannya adalah


dengan cara diprogram seperti itu.. dah ngerti kan, cantik?”, imbuh Puput. “iya, iya.. dah jelas.. dah ngerti


sekarang… iya deh, kalo gitu, tanggung udah tinggal 2 jam lagi bukanya.. gak terasa ya.. aku tahan deh,


untuk Tuhan dan untuk kebaikan Tuhan sehingga aku bisa lebih kaya dan dapet pacar baru..hehehe”,


Lani berkata sambil menengadahkan kedua tangannya. “nah.. gitu dong… udah ah.. masih ada kerjaan lagi


nih.. mentang-mentang puasa, jangan sampai kemudian jadi gak produktif..”, kata Puput.



Mereka berdua kemudian tertawa dan kembali ke mejanya masing-masing.



The End (untuk Chapter ini)

Terima kasih pada para pemain:

Puput

Lani

Mantannya Lani (yang tidak pernah muncul di naskah)


Komentar Sutradara + Penulis Naskah: Kirdi Putra


Hehehe.. untuk kesamaan nama dan kejadian, anggep aja keberuntungan.. walau cuma kebetulan, sukses buat kita semua…


Kirdi Putra, CHI, CHt, NLP.

Professional Personal Coach

(Professional Hypnotherapy, NLP, Spiritual Enhancement Program, etc)

Hypnosis Training Institute of Indonesia (HTII)

Phone. +62 21 3283 9866

http://htii.blogspot.com/

For things to change, I have to change

No comments: