Hypnotherapist atau Pengamat Teroris???

by Kirdi Putra


kring.. kring..!!!!! kring.. kring..!!!!!
telepon kantor kami berdering tiada henti,
kring.. kring..!!!!! kring.. kring..!!!!!
banyak yang bertanya, banyak yang terpana...

”what a day..”, pikirku.. kumemandang sekelilingku, siang ini, semua orang di kantor HTII terlihat sibuk.. telepon, HP, dan sms tiada henti-hentinya masuk.. dan kebanyakan telepon atau sms-sms itu bertanya satu hal..

”sebenarnya, apa sih hubungan antara hypnotherapy dengan terorisme?”, atau jikapun mereka tidak bertanya seperti itu, mereka biasanya bertanya, ”kok bisa hypnotherapist jadi pengamat teroris?”

Semenjak berbagai tayangan televisi kembali marak menyiarkan mas Mardigu WP sebagai narasumber resmi dari HTII, sebagai narasumber untuk pola pikir dan strategi para pelaku terorisme, limpahan telepon dan sms berisi berbagai pertanyaan, datang bagai air bah.. membanjiri kantor (hingga membuat segenap isi kantor basah kuyup, oleh keringat..).

Rata-rata pertanyaan mereka adalah mengenai status dan kompetensi mas Mardigu WP.. sebagai seorang pakar Hypnotherapy senior.. sebagai salah seorang pioneer aplikasi hypnosis di Indonesia..

Hhhhh... dan perjalanan panjang dalam memberikan penjelasan itupun dimulai..

”Begini”, kumulai menjelaskan, ”pak Mardigu adalah seorang hypnotherapist, ya.. karena pada dasarnya, seorang hypnotherapist adalah seseorang yang belajar mengenai pikiran manusia, mengenai pikiran sadar dan bawah sadar, maka ranah keilmuan ini, salah satunya yang bisa menjelaskan tentang fenomena brainwash.”

”Fenomena brainwash inilah yang seringkali digunakan untuk para teroris untuk menggalang umat dan melakukan regerasi tim-tim inti mereka. Fenomena brainwash ini jugalah yang digunakan oleh para teroris ini untuk membangun nilai dan keberanian di pikiran & hati para kader mereka, yang kemudian bisa diarahkan untuk urban combat (perang langsung di dalam kota), suicide bomber (bom bunuh), atau guerrilla war (perang gerilya)”, lanjutku..

”termasuk dengan teknik forensic hypnosis yang kita praktekkan disini, untuk menggali sebuah nilai kebenaran dari diri seseorang.. baik dengan menggunakan metode hypnosis langsung (trance hypnosis), maupun dengan cara yang lebih halus, menggunakan metode waking hypnosis.”

”forensic hypnosis inilah yang bisa diterapkan untuk menggali pola dan strategi berpikir seseorang, dimana dalam kasus ini adalah para pelaku tindak terorisme.. daripada menggunakan interogasi dengan kekerasan, bukankah ketika bisa menggunakan metode yang cukup efektif, dengan membaca kecenderungan pola komunikasi yang ditampilkan, baik secara verbal (kata-kata), maupun non-verbal (gerak tubuh, intonasi, pernafasan, dll), untuk menghasilkan sebuah kesimpulan yang mungkin bisa menyelamatkan banyak orang dari tindak terorisme?”

”kami sendiri, HTII (Hypnosis Training Institute of Indonesia), merupakan lembaga yang bergerak di bidang pendidikan dan riset mengenai pikiran bawah sadar manusia. Ketika saya dan mas Mardigu WP pertama kali mendirikan institusi ini, kami benar-benar dipenuhi oleh idealisme, untuk menjadikan HTII sebagai sumber informasi yang akurat dan terpercaya mengenai hypnosis, hypnotherapy, aplikasi dalam keseharian, dan penyalahgunaannya.”, aku melanjutkan dengan idealisme kami di sini..

”kekuatan aplikasi hypnosis dan hypnotherapy yang luar biasa itulah, dibundel dengan pengalaman selama lebih dari 10 tahun, serta banyaknya support yang diberikan untuk permasalahan terorisme di Indonesia inilah yang menjadikan mas Mardigu WP kemudian bisa dianggap memiliki kompetensi yang sesuai di bidangnya..”

Kok bisa??? Bukannya mas Mardigu WP adalah seorang hypnotherapist??

”lho.. penjelasan tadi kurang lengkap?”

”gampangnya begini..”, aku memutuskan untuk memberikan analogi yang lebih membumi.. mungkin penjelasanku sebelumnya terlalu melangit.. hehehe.. maklum, kadang-kadang terlalu berada di ranah keilmuan, yang bisa membuat penjelasan juga kadang-kadang tidak pakai ”bahasa awam”, sok pinter.. padahal, sampai sekarangpun, aku dan mas Mardigu masih seringkali merasa, banyak sekali hal-hal mengenai keilmuan kami yang belum kami gali lebih lanjut..

”apa bedanya, kalau ada seorang ahli TI (teknologi informasi), di minta bantuan untuk berbicara di media, mengenai gambar-gambar vulgar seorang artis, untuk dilihat apakah gambar-gambar itu sebetulnya asli, atau hasil pemugaran secara digital..”

”dan, ahli TI tersebut juga menjadi narasumber sebuah media, yang menjelaskan mengenai kejahatan di dunia maya (cybercrime)”

Dan aku kembali bertanya, ”apa persamaan diantara keduanya?”

”kedua kasus tersebut berbasiskan teknologi informasi yang disalahgunakan.. dimana sang ahli TI tersebut, dimintai pendapat dan kompetensinya di bidang TI..”

Nah, masuk ke point utama nih, pikirku..

”sama dengan mas Mardigu WP.. sama dengan HTII.. kami memberikan sumbangsih kami untuk NKRI, berdasarkan kompetensi kami..”

”karena kompetensi, kepakaran, dan senioritas mas Mardigu WP di bidang ini, bidang pikiran bawah sadar dan aplikasi hypnotherapy.. bukankah merupakan sebuah kewajaran untuk bisa memberikan sumbangan pikiran tentang pola dan strategi berpikir para pelaku terorisme, sekaligus memberikan sosialisasi pada masyarakat luas, mengenai bahaya yang sedang kita hadapi bersama, sekaligus kemungkinan tindakan pencegahan.. untuk kita berjaga-jaga kemungkinan infiltrasi dari pola pikir itu, ke dalam lingkup keluarga kita..”

”dan semua ini, menjadi sebuah kesatuan yang saling berhubungan, dari model pergerakan para pelaku terorisme tersebut, sampai pada efek psikologis yang bisa ditimbulkan dengan pembentukan semacam ISA (Internal Security Act), yang tentu saja di masyarakat bisa menimbulkan kontroversi.. yah, dianggap deket-deket dengan mengaktifkan pasal Subversif kembali lah.. (walaupun mungkin, ini adalah Neo-Subversif, yang sudah di edit disana dan disini, untuk benar-benar kepentingan bangsa dan negara kita..)”

”tetapi, point utamanya untuk saat ini adalah tetap pada pendidikan mengenai bahaya, metode yang digunakan, dan kewaspadaan terhadap terorisme dan ideologinya itu sendiri yang ingin kami tekankan.. supaya masyarakat luas awas terhadap hal-hal seperti ini..”

Fffff... rasanya seperti menteri penerangan di jaman dulu nih.. (hehehe) menjelaskan satu demi satu, maupun ke berbagai teman-teman media yang menghubungi..

kring.. kring..!!!!! kring.. kring..!!!!!
telepon kantor kami kembali berdering dengan kerasnya,
kring.. kring..!!!!! kring.. kring..!!!!!
semakin banyak yang bertanya, semakin lancar bait-bait jawaban itu terlontar...

aku berpandangan dengan mas Mardigu, dan kami hanya tersenyum.. akhirnya makin banyak masyarakat yang bisa memahami.. semakin banyak orang yang terbuka pikirannya.. semakin lurus pemahaman mengenai keilmuan ini..

akhirnya.. walaupun perjuangan belum selesai sampai disini..


in bono malum vicente,

Kirdi Putra

No comments: