Artikel By Kirdi Putra
Sleeping Programming merupakan sebuah proses untuk memasukkan nilai-nilai positif ke dalam pikiran manusia, dengan memanfaatkan prinsip dasar kerja otak manusia. Kondisi seseorang yang sedang mengarah pada kondisi tidur, dengan kondisi pikiran dan tubuh yang tenang, menghasilkan terbukanya “pintu” atau “gerbang” pikiran bawah sadar manusia.
Secara konseptual, Sleeping Programming merupakan bentuk sederhana dari hypnosis yang dapat dilakukan oleh semua orang, dan secara tidak disadari, sudah dikenal semenjak waktu yang sangat lama dalam peradaban manusia (bisikan adzan utk umat muslim ketika bayi, dongeng menjelang tidur, nyanyian petuah oleh orang tua selama anak tidur, dll).
Sleeping Programming sendiri yang merupakan hypnosis sederhana. Hypnosis sendiri sebenarnya sebuah proses komunikasi yang memanfaatkan pikiran bawah sadar seseorang, yang dapat dilakukan pada kondisi:
ü Hypnotic Trance (kondisi mata terpejam, rileks, terlihat tidur)
ü Waking Trance (kondisi mata terbuka, fokus/ terbungkus faktor emosi, santai)
Kedua model hypnosis tersebut memiliki tujuannya masing-masing, sesuai dengan pengaruhnya terhadap pikiran, tubuh, atau jiwa.
Saat ini, hypnosis banyak digunakan sebagai salah satu metode untuk mengakses potensi terpendam dalam diri manusia, dimana “kunci” yang digunakan adalah dengan pemprograman pikiran melalui bahasa symbol dan verbal maupun non verbal.
Sleeping Programming sendiri merupakan sebuah proses hynosis yang mampu memberikan pengaruh secara langsung ke pikiran manusia, dengan jangka waktu yang sangat bervariasi (dari yang cepat sampai lambat), tergantung pada nilai-nilai dasar yang telah ada di dalam pikiran sebelumnya. Konsep inilah yang kemudian diterapkan pada kehidupan sehari-hari, karena metode yang dilakukan relative sederhana dan mudah, serta tidak memiliki efek samping.
Kondisi hypnosis dalam Sleeping Programming ini tidak memerlukan banyak hal yang bersifat khusus, karena titik beratnya adalah pikiran, yang akan mempengaruhi tubuh dan jiwa dari seseorang. Hanya sedikit dibutuhkan kemampuan merangkai ”hypnotic wording” (kata-kata hypnosis, yang memiliki beberapa acuan/aturan untuk hasil yang efektif).
Kondisi hypnosis sendiri merupakan kondisi yang:
ü Fokus, konsentrasi internal (dipandu dari dalam diri maupun oleh orang lain)
ü Relaks, secara mental dan fisik (seperti halnya kondisi tidur)
Bagaimana sebetulnya seseorang memasuki kondisi self Hypnosis ini? Hal ini sangat berhubungan dengan fisiologis otak dan pikiran manusia. Gelombang otak manusia (brainwave), yang terukur dengan EEG (Electro Encephalo Graph), dapat dibagi menjadi 4 kuadran utama, yaitu:
ü Beta (kondisi normal kesadaran penuh, 14 – 24 cps)
ü Alpha (kondisi fokus/light hypnosis, 7 – 14 cps)
ü Theta (kondisi focus/deep hypnosis, 3.5 – 7 cps)
ü Delta (kondisi tidur/deep sleep, 1.5 – 3.5 cps)
Dalam kondisi hypnosis, yang kemudian kita manfaatkan untuk proses Sleeping Programming, gelombang otak berada dalam kuadran Alpha atau Theta, dimana efek hubungan antara pikiran, tubuh, dan jiwa dapat di program ulang dengan cukup cepat dan mudah dalam kondisi tersebut. Secara alami, pikiran manusia mampu mencapai kuadran Alpha dan Theta dalam kondisi tidur. Sebelum mencapai kondisi Deep Sleep, semua manusia terlebih dahulu memasuki kwadran hypnosis terlebih dahulu.
Hal ini lah yang dimanfaatkan oleh Sleeping Programming, sehingga ketika seseorang mulai memasuki wilayah alpha dan theta itulah program-program yang diinginkan dimasukkan ke dalam pikiran seseorang.
Proses yang terjadi dalam pikiran manusia menuju tidur dalam melalui beberapa langkah. Untuk menanamkan nilai-nilai ke dalam pikiran melalui Sleeping Programming tersebut antara lain:
Kesadaran Penuh
Merupakan kondisi awal, kondisi sadar secara penuh, ketika seseorang memahami sepenuhnya keberadaan dirinya, serta memahami sepenuhnya nilai-.nilai dan bahasa (linguistic) yang digunakan untuk menanamkan program yang diberikan.
Awal Tidur
Kondisi awal seseorang memasuki waktu tidur, saat ini kondisi pikiran sudah mulai memasuki kuadran alpha (ringan). Pada kondisi ini, kita sudah bisa menanamkan program pada pikiran seseorang, tetapi seringkali nilai-nilai sadar masih mampu “menolak” program/input yang diberikan.
Tidur alpha/theta
Proses Sleeping Programming dapat dimulai secara efektif dalam kondisi ini. Biasanya seseorang dapat dipastikan dalam kondisi alpha/theta ini dengan melakukan test light/medium trance consciousness, yang dibarengi dengan melihat kondisi non verbal (fisik) dari subject (gerakan-gerakan minor). Pada saat inilah program yang dimasukkan, ketika selaras dengan nilai dasar subject, mampu memberikan perubahan pada pola pikiran dan perasaan subject (untuk perubahan kebiasaan, ingatan, dll).
Tidur Dalam
Dalam kondisi ini, seseorang sebenarnya sudah tidak lagi mampu menerima masukan dari luar, karena “pintu” atau “gerbang” pikiran bawah sadar telah tertutup. Untuk mengetahui kondisi pikiran seseorang dalam kondisi tidur dalam ini, dapat dipastikan dengan test light/medium trance consciousness. Ketika test memberikan hasil negatif, maka dipastikan subject telah berada dalam kuadran Delta (tidur dalam).
Metode ini merupakan metode implementasi dari hypnosis untuk memberikan perintah pada tubuh yang mampu menghasilkan efek yang diinginkan. Perintah dapat diberikan secara direct (kata-kata langsung) maupun melalui symbol/metaphor, dimana symbol/metaphor tersebut merupakan akses pada bawah sadar pikiran manusia. Program-program yang ditanamkan ini mampu bereaksi terhadap tubuh fisik dari subject.
No comments:
Post a Comment