Iklas? Kata-kata yang seringkali harus kita ucapkan manakala kita mengalami suatu hal yang tidak menyenangkan. Kok gitu? Lho, pasti dong, kalau hal yang menyenangkan atau membuat kita bahagia, sudah pasti kita iklas, banget lagi... Nah, kalo yang tidak menyenangkan, baik berupa masalah, musibah, atau kesulitan, ini nih, tantangannya... bisa kah kita tetap iklas menerimanya. Iklas yang kita maksud disini adalah iklas yang dari hati kita, bukan hanya di mulut.
Maksudnya iklas di mulut gimana?
Begini, ada dua jenis iklas, yaitu kata-kata iklas (motivational word) dan perasaan iklas (internal release). Kedua-duanya seringkali kita alami dalam keseharian kita. Kekuatan kita untuk mengiklaskan berawal dari kata-kata iklas, yang kemudian mampu meresap ke dalam diri kita (internal release) dan membangun perasaan untuk lepas dan menerima, serta mampu menjadi pijakan kita mencari solusi ke depan. Inilah yang kita sebut sebagai tujuan dari sebuah proses mengiklaskan.
Apakah kita mampu saat itu juga menerima apa yang sedang atau telah terjadi pada kita? Apakah kita seringkali tidak terbelenggu di dalam akibat dari peristiwa itu?
Apakah kita serta merta sanggup kembali ke ”mood” atau keadaan hati sebelum peristiwa itu terjadi?
Jawaban yang muncul, seringkali sama, ”tentu saja susah”. Nah, kalau sudah begini, kalau sebuah peristiwa yang tidak menyenangkan telah terjadi, apalagi membawa dampak yang juga tidak menyenangkan di kemudian hari (baik dampak finansial, relationship, kesehatan, dll), maka yang biasanya muncul adalah perasaan-perasaan marah, sedih, bersalah, dan justru menambah masalah, karenan biasanya juga, kita semakin panik dan stress.
Sebenarnya, bagaimana untuk mengatasi perasaan-perasaan yang muncul tersebut, itu merupakan pertanyaan yang terpenting.
Mengapa?
Kita semua sebenarnya sudah tahu, bahwa yang namanya masalah atau kesulitan, sebenarnya ada solusi yang terbentang di depan. Pasti ada? Ya, kalau kita tidak menemukannya sekarang, itu hanya berarti kita BELUM menemukannya. Nah, selama proses mencari solusi, atau pemecahaan masalah itulah seringkali kita kemudian semakin terbebani dengan segala perasaan sedih, marah, bersalah, dll. Segala beban perasaan inilah yang membuat diri kita semakin terpuruk (secara emosi, bahkan seringkali berefek ke fisik kita).
Untuk mengatasi berbagai macam emosi pasca peristiwa yang tidak menyenangkan tersebut, ada satu hal yang bisa kita lakukan... IKLAS...
Mudah?
Sama sekali TIDAK untuk beberapa orang. Padahal, sekali lagi, kita tahu bahwa:
- kita tidak dapat kembali ke masa lalu (dan mengubah kejadian yang telah terjadi)
- kehidupan terus berjalan, tidak menunggu apakah kita mau bangkit atau tidak
- selalu ada solusi (100% dijamin), dengan berbagai macam cara
Jadi, langkah2 yang bisa kita lakukan apa ya?
Yang pasti, pilihan untuk mau mengiklaskan atau tidak, adalah pilihan kita sendiri, dan tidak ada yang bisa mengubah itu.
Sebelumnya saya mau cerita dulu, apa sebenarnya yang terjadi pada diri kita, kalau kita memilih untuk tetapi ”menahan” diri untuk tidak iklas. Maksud saya disini adalah ”menahan” secara bawah sadar, tanpa kita sadari, karena kalau ditanya, pasti sebagian besar dari kita akan berkata ”maunya sih iklas, tapi rasanya kok susah banget ya”.
Menahan keiklasan, sehingga berbagai perasaan marah, sedih, dll itu justru akan mengakibatkan:
Gangguan dalam sistem kimia dan listrik di susunan syaraf pusat, yang mampu mengakibatkan segala macam gangguan secara fisik. Gangguan fisik seperti apa? Mulai dari maag, gejala asma, sakit perut, migrain, batuk, dll. Kok bisa seperti itu? Pikiran dan fisik kita merupakan sebuah kesatuan yang tidak terpisahkan. Ketika di pikiran kita terbebani dengan berbagai macam emosi yang tidak menyenangkan, terjadi pula kekacauan dalam komposisi kimia di otak kita, yang juga menyebabkan aliran listrik di otak kita mengalami gangguan. Akibatnya? Semua fungsi organ dan metabolisme, yang pasti terhubung dengan jaringan syaraf di tubuh kita ikut terganggu. Seringkali gangguan itu terjadi pada organ-organ yang memang sedang dalam keadaan lemah, terjadi pada sistem imun (kekebalan tubuh) kita, dan banyak lagi yang lainnya.
Gangguan dalam kita memperoleh solusi yang kita butuhkan. Karena pikiran kita sudah penuh (occupied) dengan masalah dan kesulitan yang kita pikirkan terus menerus, maka justru yang terjadi adalah kita menjadi semakin tidak produktif. Jika kita menjadi tidak produktif karena ketidakmampuan kita mencari pemecahan masalah, maka solusi yang seharusnya mampu muncul (baik karena hasil pemikiran dari pikiran kita secara sadar, maupun hasil dari pikiran bawah sadar), justru terasa berhenti. Dan terjadi sebuah siklus yang membawa kita pada jurang keterpurukan dan anti pembelajaran, siklus penyesalan dan perasaan bersalah. Inilah yang kita sebut sebagai fokus pada masalah yang terjadi, bukan pada solusinya (walaupun kita secara sadar INGIN lepas dari masalah).
Gangguan untuk kita mampu ”MENARIK” berbagai hal yang menjadi TUJUAN dan IMPIAN kita. Maksudnya? Sebenarnya, apapun yang kita inginkan, pikirkan, dan bayangkan dengan jelas, pasti menjadi kenyataan. Pasti? Ya, 100% pasti. Tapi mengapa seringkali kita mengalami kesulitan? Padahal kita tidak membayangkan kesulitan-kesulitan ini, dan mengapa banyak sekali orang yang tidak memperoleh apa yang mereka inginkan? Jawabannya sederhana. Apakah kita akan lulus sekolah, kalau kita tidak BELAJAR dan tidak LULUS ujian dari sekolah? Jawabannya jelas, TIDAK. Maka, coba tanyakan ke diri kita sendiri, kalau kita punya TUJUAN (analogi: Lulus Sekolah), maka dalam perjalanan menuju ke tujuan kita, pasti ada hal-hal yang harus kita pelajari (analogi: pelajaran sekolah). Bedanya dengan sekolah, adalah kita bisa baca dan dapat hikmah pelajaran itu dari buku, sedangkan dalam kehidupan, kita diharuskan ”membaca” dari segala hal yang terjadi pada diri kita. Kita diharapkan membaca hikmah yang ada dari segala hal, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan yang terjadi pada diri kita. Ketika kita memperoleh sesuatu, itu tandanya kita ”Belajar”. Nah, ketika kita berhasil belajar dan mampu untuk menerapkan pelajaran yang kita dapat untuk masalah dan kesulitan kita berikutnya, berarti kita lulus ujian (analogi: Ujian sekolah). Jadi sebenarnya, apapun hal yang terjadi pada diri kita (baik menyenangkan ataupun tidak), adalah konsekwensi dari TUJUAN atau IMPIAN yang pernah kita inginkan, pikirkan, dan bayangkan, sebelumnya. Jadi, secara tidak sadar, kitalah yang mengundah segala masalah dan kesulitan itu datang. Untuk apa? Supaya kita mampu belajar, untuk sedikit demi sedikit mencapai apa yang kita Impikan. Nah kalau kita memilih untuk ngedumel, complain, terus terperangkap dalam kesedihan, dan terus berkutat dengan masalah (bukan solusi), berarti kita memilih untuk berjalan di tempat, dan tidak maju sedikitpun. Jadi? Ya, tujuan yang kita inginkan tidak akan semakin dekat, itu pasti.
- Mulai pikirkan ”Apa yang saya harus lakukan berikutnya?” (daripada ”kenapa ini semua terjadi pada saya?”)
- Mulai sadari ”Apa yang bisa saya pelajari dari peristiwa ini?” (ini memfokuskan diri kita pada solusi dan pelajaran yang kita dapat)
- Mulai mengingat kembali, bayangkan kembali, pikirkan kembali secara detail, apa yang menjadi TUJUAN dan IMPIAN kita
Tentu ini bukan sebuah proses yang hanya sekali kita lakukan, tentu saja tidak. Ini adalah proses yang harus kita lakukan secara berulang. Percayalah, bahwa ketika kita mau mengulang-ulang proses ini, maka yang terjadi adalah keiklasan secara bertahap.
Hasilnya?
Kita mampu lepas dari segala perasaan sedih, marah, kecewa, bersalah, dll itu, sekaligus kita mampu mendapatkan sebuah pelajaran yang berharga untuk kita berjalan dalam kehidupan kita ke depan, dan yang terpenting adalah kita semakin dekat pada TUJUAN dan IMPIAN yang kita inginkan dalam hidup kita.
Ayo, Iklas bersama-sama...
Kirdi Putra, CHI, CHt.
Professional Personal Coach
(Professional Hypnotherapy, NLP, Spiritual Enhancement Program, etc)
Hypnosis Training Institute of
Phone. +62 21 739 7916
http://htii.blogspot.com/
For things to change, I have to change
No comments:
Post a Comment