By Kirdi Putra
Mencintai apa yang telah terjadi, telah berlalu,
Mencintai apa yang akan terjadi, bisa terjadi,
dan yang terpenting adalah...
Mencintai apa yang kita peroleh, kita miliki, kita alami... saat ini
Saat ini...
Apa maksudnya?
Ya, banyak sekali orang yang mengatakan pada dirinya sendiri, bahwa
”kalau saya sudah punya uang lebih, saya pasti bahagia...”
”kalau karir saya sudah lebih baik, pasti saya lebih tenang daripada sekarang...”
dan masih banyak lagi kata-kata seperti itu
kenyataannya?
Adakah kepuasan diperoleh ketika mereka memperoleh lebih banyak uang?
Adakah kepuasan ketika karir menjadi lebih baik dari sebelumnya?
Karena kita memberi ”Syarat” pada kebahagiaan, ketenangan, dll. ”Syarat”? Ya, kita hanya bahagia, tenang, dll ketika kita sudah mengalami perbaikan dalam karir, keuangan, keluarga, dll, apakah itu bukan merupakan sebuah syarat? Dan coba tanyakan pada diri kita sendiri, ”syarat” yang kita tentukan itu tentu saja sulit sekali untuk tercapai, setiap kali kita mencapai titik yang kita tentukan, selalu timbul masalah lain yang baru (karena begitulah yang namanya kehidupan, selalu penuh dengan masalah dan solusinya, benar?).
Nah, ketika kita mencapai suatu titik yang kita inginkan dalam kehidupan (keuangan, karir, rumah tangga, hubungan, dll), dan baru kita melihat dan merasakan masalah di titik tersebut, maka akan muncul ”syarat” baru untuk pencapaian ketenganan, kebahagiaan,dll tersebut.
Lalu kapan kita bahagia?
Sebenarnya ada cara supaya kita bisa bahagia selalu, tenang selalu, yaitu dengan mencintai apa yang sedang dan telah kita lakukan.
Nah, banyak yang mengatakan ”iklaskan” berbagai hal di masa lalu maupun yang sedang menimpa diri kita saat ini.
Pertanyaan penting, mudahkah mengiklaskan sesuatu hal yang mengakibatkan sebuah kerugian, kegagalan, atau beban emosi pada diri kita?
Mudahkah mengiklaskan sesuatu ketika kita mengalami sebuah bekas yang tidak menyenangkan, melekat pada ingatan dan bahkan fisik kita seumur hidup?
Jawaban yang biasanya diberikan, TIDAK...
Salah satu cara untuk mengubah jawaban tersebut menjadi ”tidak mudah, tapi bisa, dan ada yang bisa kita pelajari dari situ” adalah:
Mengisi hari-hari dengan cinta,
Mencari apa yang bisa kita cintai dari pekerjaan yang kita lakukan, dengan melakukan hal yang sama, dengan cara yang ”agak” berbeda...
Mencari bentuk mencintai dari sisi yang lain, untuk pasangan kita yang sudah lama bersama kita, sehingga seringkali rutinitas kita anggap membuat rasa cinta kita perlahan-lahan memupus. Yang terjadi adalah, ketika kita terbiasa akan suatu hal, kita tidak lagi menganggap hal itu istimewa (walaupun sebetulnya tetap istimewa, biasanya kita rasakan begitu kita kehilangan). Coba lihat pasangan dengan cara yang berbeda, berkomunikasi dengan cara yang juga berbeda...
Mulai belajar mencintai apapun yang sedang kita lakukan, dan melakukan apa yang kita cintai, hari demi hari... Bagaimana? Temukan aspek2 baru yang bisa kita lihat, dari pekerjaan, hubungan dengan istri/suami, dengan anak, dengan teman, karir, dll. Ingat, pekerjaan kita akan tetap seperti itu, keluarga kita akan tetap seperti itu, dll apabila kita tetap menjalani semua itu dengan cara yang sama, dengan perasaan dan pola pikir yang sama.
“Love What You Do, Do What You Love”
Be Spontaneous, lakukan sesuatu dengan cara yang berbeda hari ini. Renungkan, dan temukan rasa cinta baru dalam hidup kita. (contoh: daripada hari ini naik lift ke kantor, coba tangga darurat, capek? Iya, tapi coba temukan inspirasi apa yang kita dapat. Tentang kesehatan, lingkungan, dll. Pasti dapat sesuatu? Anda yang menentukan).
Kirdi Putra, CHI, CHt.
Professional Personal Coa
(Professional Hypnotherapy, NLP, Spiritual Enhancement Program, etc)
Hypnosis Training Institute of Indonesia (HTII)
Phone. 08561076322
http://htii.blogspot.com/
For things to change, I have to change